TEMPO Interaktif, Depok: Departemen Kesehatan disarankan mempertimbangkan instrumen kemitraan sebagai salah satu indikator keberhasilan Desa Siaga. Saran ini disampaikan P.A. Kodrat Pramudho dalam disertasi doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat pada Universitas Indonesia.
Dalam sidang disertasi yang dipimpin Dr. Bambang Wispriyono, Sabtu (3/1) di kampus UI Depok, tim penguji memberi nilai sangat memuaskan bagi Kodrat yang menjabat Kepala Bidang Kemitraan dan Peran Serta Masyarakat, Departemen Kesehatan.
Desa Siaga merupakan program yang dicanangkan pemerintah sejak tahun 2006. Hingga saat ini ada 38.135 Desa Siaga di seluruh Tanah Air.
Desa Siaga sendiri merupakan desa yang penduduknya memilki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawat-daruratan kesehatan secara mandiri.
Selama sembilan bulan, Kodrat melakukan penelitian di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Seratus persen desa di kabupaten ini telah menjadi Desa Siaga. Kajian literatur menunjukkan tiga variabel pokok yakni keterbukaan, kesetaraan, dan manfaat. Dari hasil penelitian, Kodrat menemukan 52 variabel kemitran Desa Siaga.
Setelah diseleksi dengan analisis faktor, variabel-variabel tersebut dapat dikelompokkan ke dalam empat faktor: manfaat, keterbukaan, kesetaraan eksternal dan keseteraan internal. Analisis tabel silang menunjukkan bahwa desa dengan kondisinya baik memiliki derajat kemitran Desa Siaga yang baik pula.
UNTUNG WIDYANTO