TEMPO Interaktif, Lampung: Banjir di Kabupaten Lampung Timur dan Lampung Selatan, Lampung, masih merendam ratusan hektare tanaman padi dan jagung milik petani, Minggu (21/12). Banjir terjadi akibat dua sungai yang membelah dua kabupaten tersebut meluap setelah hujan turun selama tiga hari. Sungai Way Sekampung di Lampung Timur dan Way Gelam di Lampung Selatan meluap dan merendam tiga kecamatan yang berada di antara kedua sungai tersebut.
Pantauan Tempo di lokasi banjir, air mulai naik dan merendam puluhan rumah warga Desa Asahan, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur. Sekitar 50-an rumah panggung di desa itu terendam hingga satu meter. Warga masih berjaga-jaga jika sewaktu-waktu air Sungai Way Sekampung yang melalui desa itu semakin tinggi.
Menurut data yang dihimpun Badan Perwakilan Desa Asahan, setidaknya 150 hektare tanaman jagung, 150 hektare tanaman singkong serta ratusan hektare kebun sawit terendam. Tanaman jagung yang hampir panen seluruhnya terendam dan hanya terlihat pucuk tanaman saja. Ketinggian banjir berkisar antara 1 hingga 2 meter.
Ketua Badan Perwakilan Desa Asahan, Kohar, mengatakan banjir kali ini merupakan terbesar sejak 1988. ”Sungai Way Sekampung tidak mampu lagi menahan guyuran hujan karena terjadi penyempitan aliran sungai di beberapa titik,” katanya. Penyempitan ini terjadi karena berdirinya sejumlah pabrik di pinggir sungai dan tepian sungai yang ditanami singkong dan jagung.
Banjir juga merendam jalan utama penghubung dua kecamatan, yaitu Kecamatan Jabung di Lampung Timur dan Kecamatan Candipuro di Lampung Selatan. Air sungai yang menenggelamkan sawah mulai naik dan merendam badan jalan.
Hal serupa juga terjadi di Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan. Di daerah itu, luapan Sungai Way Gelam yang meluap telah menenggelamkan ratusan hektare tanaman padi yang baru berusia tiga bulan. Sekitar 400-an hektare tanaman padi dipastikan gagal panen. ”Bibit yang kami tanam kini mulai membusuk karena sudah terendam tiga hari lagi dan belum ada tanda-tanda akan surut karena hujan masih terus mengguyur,” kata Suhartini, salah seorang petani di desa Way Gelam.
NUROCHMAN ARRAZIE