TEMPO.CO, Jakarta – Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tjandra Yoga Aditama menyatakan terjadinya pandemi Covid-19 telah berdampak besar pada penanganan pasien tuberkulosis (TB/TBC). Ia menjelaskan pandemi dapat menambah kematian ratusan ribu pasien TB di dunia.
Menurut dia, organisasi kesehatan dunia atau WHO memperkirakan terjadi penambahan kematian pasien tuberkulosis sebanyak 500.000 di dunia. "Penelitian terbaru WHO beberapa bulan lalu pada 84 negara ternyata penambahan kematian itu bukan 345.000, tapi setengah juta,” ujar profesor di bidang pulmonologi dan kedokteran respirasi ini dalam diskusi daring, Rabu, 29 September 2021.
Ia menyatakan dalam setahun setidaknya kematian akibat TB mencapai 1,49 juta pasien di dunia. Angka tersebut biasanya selalu turun dari tahun ke tahun. Namun karena adanya pandemi Covid-19, pada 2020 WHO memprediksi ada 1,85 juta kematian akibat TB.
Menurut Tjandra, terdapat 5 gangguan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 terhadap penanganan tuberkulosis. Gangguan itu meliputi terkendalanya proses deteksi kasus TB, berkurangnya daya kerja laboratorium karena fokus menangani pandemi. Lalu penurunan suplai obat-obatan, berkurangnya penanganan dan monitoring, serta pengurangan tenaga kesehatan yang menangani kasus TB karena dialihkan juga untuk merespons pandemi.
Disamping itu, ia juga menyampaikan sejumlah kutipan penelitian tentang dampak pasien tuberkulosis apabila terpapar Covid-19. Ia menyatakan jika pasien TBC terkena virus Corona maka keparahan Covid-19 akan semakin berat.
"Severity-nya memberat, dan juga TB-nya memberat. Artinya perbaikan TB-nya terganggu,” kata Tjandra Yoga.
Ia lantas menjelaskan permasalahan tuberkulosis di Indonesia. Data yang tercatat sebelum pandemi Covid-19 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk sebagai salah satu dari 8 negara yang menyumbang dua pertiga kasus TB di dunia. Jumlahnya mencapai 845.000 kasus, dengan jumlah kematian sebanyak 11 pasien per jam, dan cakupan pengobatan pasien yang hanya mencapai angka 67 persen.
Lebih lanjut, Tjandra menyebut data cakupan pengobatan pasien TBC setelah terjadinya pandemi Covid-19 di Indonesia menurun menjadi 43 persen pada tahun 2020. Lalu menurun lagi menjadi 18 persen pada 2021.
Tjandra kemudian mengingatkan komitmen pemerintah dalam menangani kasus tuberkulosis di Indonesia. “Presiden (Jokowi) sudah menyatakan pada 29 Januari 2020 bahwa Indonesia akan melakukan (gerakan bersama) eliminasi tuberkulosis 2030,” ujarnya.
Dengan adanya pandemi Covid-19, mantan Direktur WHO Asia Tenggara ini mempertanyakan bagaimana pesan atau tekad Presiden Jokowi untuk menjalankan program eliminasi tuberkulosis walau ada pandemi.
Baca juga: TBC Bukan Keturunan, Ini yang Perlu Diperhatikan
AQSHAL RAIHAN BUDIPUTRA | MAGANG