INFO TEMPO- Kota Bima, kota kecil di Pulau Sumbawa bagian timur Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menyimpan banyak keindahan dari potensi alam dan budayanya. Kota seluas 222 kilometer persegi ini dikelilingi tujuh pantai dan tempat bersemayamnya para Sultan dan Raja Bima di Bukit Dana Traha. Kota Bima yang dibentuk melalui Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2002 kini bergeliat dengan pembangunan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat di masa pandemi.
Walikota Bima H Muhammad Lutfi (2018-2023) melakukan banyak inovasi guna mewujudkan visi misinya yakni pembangunan Kota Bima yang berkualitas dan setara menuju masyarakat yang maju dan mandiri. Dia membuat berbagai program untuk mengatasi berbagai masalah di kota populasi 155 ribu jiwa (2021) ini seperti mitigasi bencana alam, pendidikan, dan membuat platform layanan masyarakat berbasis smart city yakni Commond Center atau pusat kendali informasi Agustus lalu.
Pusat kendali informasi ini didukung 16 layanan, antara lain, website aparatur yang terintegritas, aplikasi e-lapor, layanan kepegawaian dan kesehatan. Menurut Lutfi, commond center tidak hanya unutk penguatan lembaga birokrasi tapi juga mempermudah akses informasi dan pelayanan ke masyarakat. Sehingga kebutuhan masyarakat bisa dilayani dengan cepat.
“Contoh masalah sampah penuh,cepat kita ambil. Ada drainase macet juga tim akan bergerak cepat mengatasi masalah, itu gunanya commond center. Karena bisa akses langsung ke dinas dinas terkait,” katanya dalam acara Ngobrol Tempo bertajuk Teras Negeri yang dipandu oleh Redaktur Tempo, Ali Nuryasin dan disiarkan virtual melalui Youtube Tempo.Co dan Tempo TV Digital, Senin 20 September. Begitu juga warga yang membutuhkan surat keterangan untuk anggota keluarganya yang meninggal atau akte kelahiran.
Untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi di masa pandemi, Lutfi melakukan divestasi saham PT Newmont hingga 51 persen agar pendapatan asli daerah (PAD) Kota Bima meningkat. Menurut Lutfi saat awal ia menjadi walikota, PAD Bima hanya Rp 37 Miliar dan APBD sekitar Rp 750 miliar. “Untuk mengungkit sektor potensi yang ada kita kerjasama dengan Jepang dan World Bank dan masuk dalam RPJMN 2021 untuk perbaikan infrastruktur dan penanggulan banjir,seperti normalisasi sungai yang akan dimulai pada 2022,” kata Lutfi .
Untuk menciptakan lapangan kerja selama pandemi, Pemerintah Kota Bima telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 8 miliar pada 2020 dan 2021.“Kami juga memberikan bantuan peralatan kerja bagi mereka yang terdampak pandemi dan pelatihan ,” ujar Lutfi.
Program menciptaan lapangan kerja ini memberikan pelatihan di dinas tenaga kerja dan pembinaan bagi wirausaha pemula. Pemerintah juga memberikan bantuan modal, serta mendorong perusahaan melakukan program kepedulian sosial (CSR) dan stakeholder rlain juga untuk memberikan bantuan. Pertumbuhan ekonomi Kota Bima saat ini 3 persen yang disumbangkan dari sektor pertanian dan jasa.
“Kota Bima produsen jagung, saat ini harganya Rp 5.000 per kilogram dari sebelumnya Rp 2.000,” ujarnya. Bima sebagai kota jasa yang berimpitan dengan Kabupaten Dompu dan Sumbawa merupakan pusat perdagangan dan distributor barang di NTB.
Menurut Lutfi, Kota Bima membagi rata anggaran di semua sektor, seperti perikanan, pertanian dan lainnya, tidak menumpuk di pariwisata yang gagal melaksanakan 59 event di 2020.
“Keterisian hotel di Bima di atas 50 persen. Bahkan di hari-hari tertentu okupansi hotel bisa 90-100 persen. Ini artinya kan geliat ekonomi tumbuh,” katanya. Untuk mempertahankan ekonomi masyarakat akibat menurunnya pendapatan sektor pariwisata, Pemkot Bima bekerjasama dengan mini market Alfamart dan BUMD.
Untuk mengatasi krisis kesehatan akibat pandemi Covid-19 Pemkot Bima menghadirkan layanan kesehatan berbasis kelurahan.Program ini bekerjasama dengan RT/RW dan Babinsa untuk mengawasi pasien yang menjalani isolasi mandiri di rumah. “Ini sangat efektif dalam penanggulangan pandemi. Langkah ini tidak membuat orang antri di rumah sakit atau kekurangan oksigen, ” ujar Lutfi.
Terkait pendidikan selama pandemi, Pemkot Bima mengadakan sekolah tatap muka di daerah pinggir yang tidak terdampak pandemi. Alasannya belajar online membuat motivasi belajar khususnya siswa sekolah dasar menurun.
Kota Bima juga mengenmbangkan layanan berbasis big data sehingga setiap keluarga bisa dipotret keadaan ekonomi, pendidikan, dan kesehatannya. “Misal ada yang sakit TBC, obat obat juga terpenuhi tidak ada kelangkaan obat. Layanan kesehatan berbasis data memudahkan rumah sakit mencari obat karena sesuai riwayat penyakitnya,” katanya.
Lutfi menuturkan, pembangunan dalam jangka pendek Kota Bima akan difokuskan pada menciptakan lapangan kerja, kelompok usaha baru, pelatihan dan penguatan sektor pariwisata. Dalam jangka panjang Kota Bima diproyeksikan menjadi kota transit perdagangan, pariwisata dan pertanian. “ Harapan kami Bima kedepan menjadi wilayah Sunda kecil, dan satelitnya dari Surabaya. Meski kota kecil, Bima itu Small is beautiful, ” ujarnya. (*)