TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa Malang dengan magnitudo 6,1 yang terjadi pada Sabtu, 10 April 2021 pukul 14.00 WIB tidak berpotensi tsunami. Salah satu penyebabnya karena kedalaman pusat gempa yang berada pada 80 kilometer.
"Patut disyukuri dengan kedalaman gempa yang 80 kilometer itu tidak menimbulkan tsunami," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam konferensi pers virtual, Sabtu, 10 April 2021.
BMKG menyatakan memperhatikan lokasi dan kedalaman, gempa berjenis menengah akibat adanya aktivitas subduksi. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik atau thrust fault.
"Karena melihat sumbernya ini adalah sesar naik, jadi sebenarnya sensitif terhadap tsunami, jika kekuatannya di atas 7 dan memiliki kedalaman yang lebih dangkal," kata Daryono.
Daryono berucap kawasan selatan Malang memang masuk zona seismik aktif dan kompleks. Hampir dua bulan sekali guncangan gempa terjadi di kawasan tersebut. Sejarah mencatat telah terjadi sejumlah gempa besar yang mengakibatkan kerusakan. Di antaranya, gempa yang terjadi pada 1896, 1937, 1962 1963, dan terakhir 1972.
"Ini adalah gempa-gempa merusak yang pernah terjadi di masa lalu," tuturnya.
Gempa 6,1 magnitudo terjadi di laut bagian selatan Pulau Jawa. Pusat gempat terletak pada koordinat 8,83 Lintang Selatan dan 112,5 Bujur Timur. Atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 96 kilometer arah selatan Kota Kepanjen, Malang dengan kedalaman 80 kilometer. BMKG menyatakan gempa tidak berpotensi tsunami.
Sejumlah tempat dilaporkan merasakan getaran gempa Malang, di antaranya Trenggalek, Kota Malang, Ponorog, Madiun, Bali bahkan hingga Lombok. BMKG meminta masyarakat tetap waspada, tapi tidak panik. BMKG juga meminta masyarakat tidak mudah percaya dengan berita yang tak jelas sumbernya. BMKG meminta masyarakat mencari informasi melalui saluran resmi milik BMKG.