Di sekolah kejuruan itu, kata dia, akan dibangun asrama dan modernisasi peralatan praktek. "Dana yang diusulkan lima miliar rupiah per sekolah," kata Joko kepada wartawan di Departemen Pendidikan Naisional, Rabu (5/11).
SMK perbatasan itu ada di Kabupaten Nunukan, Entikong, Sambas, Sintang, dan Bengkayang. Seluruhnya ada di Kalimantan. "Selain untuk mengembangkan pendidikan, SMK juga akan berfungsi menjaga perbatasan," kata dia lagi. Anak-anak para Tenaga Kerja Indonesia yang ada di Malaysia diharapkan mau bersekolah di sekolah kejuruan perbatasan.
Tiap sekolah kejuruan, ia menjelaskan, akan mengembangkan keahlian yang diperlukan oleh daerah masing-masing, contohnya SMK Pertanian untuk Kabupaten Nunukan.
Kebutuhan guru, Joko menambahkan, akan diatasi melalui kerja sama Perguruan Tinggi dengan mengirimkan mahasiswa keguruan tingkat akhir atau yang baru lulus ke sekolah yang membutuhkan.
Mahasiswa, meski belum berpengalaman, dipilih karena kemampuan akademik yang memadai. Pada 2007 lalu, ia menjelaskan, ada 100 orang mahasiswa dari Universitas Negeri Yogyakarta. Pada 2008 jumlahnya naik menjadi 600 orang.
Pada 2009 mendatang, jumlah mahasiswa yang praktik mengajar di sekolah kejuruan akan mencapai 3000 orang yang berasal dari beberapa universitas seperti Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Negeri Solo, Universitas Negeri Ypgyakarta, Universitas Negeri Medan, Universitas Negeri Makassar, Universitas Negeri Padang, dan Universitas Gajayana.
Tiap mahasiswa mendapatkan uang transportasi, biaya hidup, dan uang saku untuk masa mengajar 5-6 bulan. Saat ini baru ada 164 ribu guru di sekolah kejuruan. Padahal jumlah siswa mencapai 3,29 juta orang. "Paling banyak di SMK jurusan bisnis manajemen, 1,3 juta siswa," ujarnya.
Reh Atemalem Susanti