TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 1,1 juta dosis vaksin Covid-19 AstraZeneca yang didatangkan ke Indonesia melalui skema COVAX telah tiba di Jakarta pada Senin, 8 Maret 2021. Indonesia menjadi salah satu negara pertama di Asia yang menerima dosis vaksin Covid-19 melalui inisiatif global yang dikelola oleh badan dunia World Health Organization (WHO) ini.
"Kami sangat senang melihat kedatangan dosis pertama vaksin Covid-19 AstraZeneca di Indonesia melalui COVAX. Meskipun sebelumnya vaksin bukanlah fokus utama kami," kata Sewhan Chon, Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia dalam keterangan tertulis, Selasa, 9 Maret 2021.
Chon menyatakan AstraZeneca telah bekerja dengan mitra secara global untuk menyediakan akses vaksin secara luas, merata dan tepat waktu bagi sebanyak mungkin orang secara nirlaba selama masa pandemi.
AstraZeneca adalah perusahaan farmasi global pertama yang bergabung dengan COVAX pada Juni 2020. Bersama dengan mitra lisensinya, Serum Institute of India, ratusan juta dosis vaksin AstraZeneca direncanakan akan diberikan kepada 142 negara melalui skema COVAX, apabila memungkinkan dari sisi operasional dan ketersediaan.
Chon dalam keterangannya mengatakan vaksin mereka telah terbukti dapat ditoleransi dengan baik dan efektif dalam mencegah Covid-19 dengan gejala. Ia mengklaim satu dosis vaksin memiliki kemanjuran 76 persen terhadap Covid-19. Dengan gejala dalam 90 hari pertama setelah vaksinasi tanpa penurunan perlindungan yang signifikan selama periode ini.
Ia menyebut kemanjuran vaksin setelah dosis kedua lebih tinggi apabila diberikan dengan interval yang lebih lama. "Mencapai 81,3 persen apabila interval pemberian dosis pertama dan kedua 12 minggu atau lebih," kata Chon.
Dari keterangannya, Chon menyebut hasil uji klinis telah mengkonfirmasi Vaksin AstraZeneca mampu 100 persen mencegah terjadinya penyakit parah, rawat inap, dan kematian, lebih dari 22 hari setelah dosis pertama diberikan. Penelitian menunjukkan bahwa vaksin mengurangi penularan virus tanpa gejala secara signifikan hingga dua pertiga, berdasarkan swab test mingguan yang dilakukan pada sukarelawan dalam uji coba di Inggris.
Vaksin ini ditemukan bersama oleh Universitas Oxford dan perusahaan spin-outnya, Vaccitech. Vaksin ini menggunakan vektor virus simpanse yang tidak bereplikasi berdasarkan versi yang dilemahkan dari virus flu biasa (adenovirus), yang menyebabkan infeksi pada simpanse dan mengandung materi genetik dari protein spike virus SARS-CoV-2.
"Setelah vaksinasi, protein permukaan spike diproduksi yang mempersiapkan sistem kekebalan untuk menyerang virus SARS-CoV-2 jika kemudian menginfeksi tubuh," kata Chon soal vaksin Covid-19. Selain program yang dipimpin oleh Universitas Oxford, AstraZeneca pun sedang melakukan uji coba besar di AS dan juga global. Secara total, Universitas Oxford dan AstraZeneca berharap dapat menyertakan hingga 60.000 peserta penelitian secara global.
Baca juga: Bio Farma: Vaksin AstraZeneca Harus Disimpah di Suhu 2-8 Derajat