TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengungkap alasannya menargetkan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Indonesia bisa selesai dalam waktu kurang dari setahun. Kendati, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sebelumnya menyampaikan target 15 bulan.
"Kita punya kekuatan kurang lebih 30.000 vaksinator, 10.000 puskesmas, dan 3.000 rumah sakit yang bisa kita gerakkan. Ini itung-itungan, ada 30.000 vaksinator, satu hari bisa mengerjakan 30 orang. Sehari berarti bisa hampir 1 juta. Ini angka yang besar sekali," ujar Jokowi dalam acara Kompas100 CEO Forum, Kamis, 21 Januari 2021.
Kekuatan ini lah, kata Jokowi, yang membuatnya optimistis Indonesia bisa cepat menyelesaikan vaksinasi terhadap 182 juta orang yang menjadi sasaran penerima vaksin.
Baca juga: Wagub DKI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksinasi Covid-19 di Jakarta
"Ini kekuatan kita, negara lain enggak punya Puskemas. Ini kenapa pernah saya bilang, sebetulnya tidak ada setahun harusnya vaksinasi ini bisa diselesaikan, karena angka-angkanya yang saya hitung kita bisa," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, jika melihat jumlah puskemas, tenaga vaksinator dan fasilitas rumah sakit yang ada, memang memungkinkan penyuntikan vaksin Covid-19 selesai dalam jangka waktu delapan bulan.
Masalahnya, ujar dia, pengadaan vaksin yang memang masih bertahap. "Jadi kalau Pak Presiden minta itu harus 12 bulan, yang kami harus lakukan adalah bagaimana menegosiasi supply jumlah vaksinnya datangnya lebih cepat," ujar Budi di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Jumat, 8 Januari 2021.
Sampai saat ini, baru ada 3 juta dosis vaksin Sinovac dalam bentuk jadi yang tiba di Indonesia dan sudah didistribusikan ke seluruh Indonesia. Kemudian, 15 juta dosis vaksin Sinovac dalam bentuk curah (bulk) yang masih harus diolah PT Bio Farma (Persero). Pemerintah saat ini membuka opsi vaksin mandiri untuk mempercepat vaksinasi Covid-19.