TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyatakan Indonesia berkeinginan mengadakan beberapa alat utama sistem pertahanan atau alutsista buatan Amerika Serikat melalui program Foreign Military Sales (FMS).
Ia mengatakan hal itu saat menerima kunjungan kehormatan Pejabat Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Christopher C. Miller, di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin, 7 Desember 2020. Namun, dia tidak merinci apa saja sistem persenjataan yang akan dibeli dari Amerika Serikat itu.
FMS merupakan program dari pemerintah Amerika Serikat tentang bantuan keamanan bagi negara-negara yang diizinkan untuk membeli sistem kesenjataan. Tak hanya itu, FMS meliputi kerja sama militer, pendidikan dan pelatihan dengan Amerika Serikat di bawah Akta Kendali Ekspor Persenjataan (AECA).
Melalui FMS, Amerika Serikat dan negara mitra akan melaksanakan kesepakatan melalui mekanisme Surat Penawaran dan Persetujuan (Letter of Offer and Acceptance/LOA). Adalah menteri luar negeri Amerika Serikat yang menentukan negara yang bisa menerima FMS, sementara menteri pertahanan yang melaksanakan programnya.
FMS bisa dibiayai oleh dana negara penerima ataupun dana dari pemerintah Amerika Serikat. Pertemuan tersebut diawali kunjungan kehormatan yang dilanjutkan dengan pertemuan bilateral antara delegasi Amerika Serikat dan Kementerian Pertahanan yang dipimpin Prabowo.
Prabowo Subianto menyebutkan Amerika Serikat adalah negara yang dekat dengan Indonesia, bahkan hubungan strategis kedua negara telah berjalan sangat baik. Ketua Umum Partai Gerindra ini berharap dapat menjaga dan mengembangkan hubungan pertahanan yang erat dan senantiasa saling menghargai dan menjaga kepentingan negara masing-masing seperti saat ini.