TEMPO.CO, Jakarta - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengaku belum bisa memperkirakan kapan pandemi Covid-19 berakhir karena polanya seperti lonceng besar.
"Selama ini penyakit infeksi terjadi epidemi atau pandemi selalu mengikuti pola lonceng, pasti ada naik, puncak, dan turun. Tapi sepertinya loncengnya besar sekali, sehingga kapan turunnya kita belum bisa memperkirakan," kata Wiku dalam webinar, Kamis, 3 Desember 2020.
Wiku mengatakan, butuh kolaborasi dengan semua pihak untuk menangani pandemi Covid-19. Ia pun meminta agar masyarakat melakukan perubahan perilaku dengan menjalankan protokol kesehatan 3M, yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. "Perubahan perilaku menjalankan 3M kalau boleh saya katakan adalah harga mati," kata dia.
Menurut Wiku, semua pihak harus menjaga aset bangsa, yaitu para tenaga kesehatan agar tidak kebanjiran kasus Covid-19. Sebab, rasio nakes terhadap jumlah penduduk tidak memadai. Sehingga, para nakes ditempatkan sebagai garda terakhir.
"Yang bisa membanjiri kasus ini hanyalah masyarakat yang dulunya sehat. Kalau perilaku enggak baik, akhirnya membebani nakes," ujarnya.
Ketua DPP Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhilah sebelumnya mengatakan jumlah perawat yang meninggal karena Covid-19 sudah mencapai 135 orang.
"Jumlah perawat yang wafat sudah mencapai 135 orang per 3 Desember 2020," ujarnya dalam webinar, Kamis, 3 Desember 2020.
Adapun total perawat yang terkonfirmasi positif Covid-19, dalam sistem pemantauan PPNI, sudah mencapai 3.779 orang. Namun, yang sembuh sudah mencapai 2.087 orang.
Inisiator Pandemic Talks, Firdza Radiany, juga menyampaikan jumlah tenaga kesehatan di Indonesia yang meninggal karena Covid-19 lebih besar dari jumlah kematian warga di 6 negara Asia Tenggara.
"Jumlah perawat atau nakes yang meninggal di Indonesia ini jumlahnya jauh lebih besar dari kematian Covid-19 warga Singapura, Thailand, Vietnam, Kamboja, Brunei, Laos," kata Firdza.
Firdza mengatakan, data tersebut menunjukkan bahwa penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia belum maksimal atau sangat buruk. Bahkan, positivity rate atau tingkat penularan di Indonesia konsisten 14-15 persen selama beberapa bulan. "Padahal standar WHO itu maksimal 5 persen," katanya.