INFO NASIONAL-- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berupaya mempromosikan pendidikan vokasi agar semakin digemari generasi muda. Salah satunya upayanya dengan menyelenggarakan V-Factor sebagai ajang unjuk karya dan kompetensi selama sepekan, 16-22 November 2020.
“Kami ingin mempromosikan vokasi kepada anak-anak SMP (Sekolah Menengah Pertama) serta mempromosikan pendidikan diploma kepada anak-anak SMA (Sekolah Menengah Atas) dan anak SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Maka acara ini dikonsep sangat milenial,” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto saat membuka V-Factor di Jakarta, Senin, 16 November 2020.
Baca Juga:
Ide perhelatan V-Factor muncul ketika Wikan bertanya pada anaknya yang duduk dibangku di SMP. Ternyata, sebagian besar teman anaknya berencana melanjutkan pendidikan ke SMA. "Sebab itu, ajang ini diharapkan mampu menggugah siswa agar mau memilih vokasi," kata Wikan.
Pendidikan vokasi, baik SMK, Politeknik, maupun kursus dan pelatihan, dirancang untuk mempersiapkan lulusannya dengan segala kebutuhan dunia industri dan dunia kerja. Lulusan yang mudah terserap ke dalam berbagai bidang pekerjaan akan mengurangi jumlah pengangguran. Pendidikan vokasi juga diyakini menjadi jawaban terbaik bagi bonus demografi 2030, yakni melimpahnya generasi muda yang menyebabkan kompetisi di dunia kerja semakin tinggi.
Dalam ajang V-Factor yang baru kali pertama dihelat, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi menyeleksi ratusan karya dari berbagai daerah, sehingga terpilih 32 karya yang akan dipresentasikan di Jakarta. Seluruh karya tersebut terdiri atas 16 hasil karya siswa SMK, sembilan hasil karya dari pendidikan kursus dan pelatihan, serta tujuh hasil karya dari pendidikan tinggi vokasi dan profesi.
Baca Juga:
“Tapi ini bukan lomba, ya. Ini lebih kepada show (pertunjukan), karena V-Factor memang disiapkan jadi ajang unjuk karya dan kompetensi. Inilah cara penyajian prestasi dari anak-anak SMK, anak-anak Politeknik, anak-anak kursus dan pelatihan,” kata Wikan yang juga lulusan D3 Teknik Mesin Universitas Gajah Mada.
Teknis pemilihan 32 karya memang tak semata karena prestasi. Kemendikbud mencari karya yang dapat dibuatkan kisah menarik. “Ya, kalau ada story line (alur kisah) yang bisa ditampilkan di medsos sehingga menarik perhatian milenial, itulah yang dipilih. Harapannya bahkan gelaran perdana ini bisa menginspirasi sesi ke-dua tahun depan, serta tahun-tahun berikutnya,” kata Wikan.
Sebagai pemantik gairah milenial menyaksikan V-Factor, empat dari sembilan komentator selama sepekan presentasi berasal dari kalangan selebritas, yakni Virdy Megananda atau lebih dikenal sebagai Bebi Romeo, produser film Sheila Timothy, serta dua komika yang juga kreator konten Rahmat Hidayat (Ababil) dan Arafah Rianti. Sedangkan lima komentator lainnya berasal dari Dirjen Vokasi, termasuk Wikan.
“Kegiatan V-Factor ini dikemas dengan cara menarik. Peserta menampilkan karya yang inovatif dan kreatif di hadapan para komentator, jadi bukan juri,” ujar Sekretaris Dirjen Vokasi, Henri Tambunan.
Sheila Timothy yang ditunjuk sebagai komentator menyambut V-Factor dengan semangat. Menurut ia, ajang ini sebagai sarana dirinya mencari talent baru. “Selain itu, ini juga jadi kesempatan bagi anak-anak Indonesia yang jadi peserta V-Factor untuk langsung masuk ke jalur industri, entah nantinya mau jadi kreator konten atau masuk ke bisnisnya, karena kan mereka harus tampilin video selama unjuk karya nanti,” katanya.
Selama sepekan, terdapat 32 video yang ditayangkan di channel Dirjen Pendidikan Vokasi di Youtube dan mendapat komentar dari sembilan komentator. Di akhir penyelenggaraan, akan dipilih 10 karya terbaik dan mendapat hadiah uang tunai serta piagam penghargaan. “Jumlah duitnya sekitar dua digitlah, pokoknya besar,” kata Wikan.