TEMPO.CO, Jakarta - Survei pengetahuan sikap dan praktik terkait cegah Covid-19 yang dilakukan UNICEF dan Nielsen menunjukkan mayoritas masyarakat di 6 kota besar mengaitkan Covid-19 dengan sesuatu yang menakutkan dan negatif.
"Jumlahnya kalau kita kelompokkan ada 70 persen. Jadi, secara mudah kita lihat warga masih berpikiran Covid-19 sesuatu menakutkan, negatif," kata Konsultan UNICEF, Risang Rimbatmaja, dalam diskusi, Rabu, 4 November 2020.
Rimba mengatakan, top of mind atau yang muncul di benak warga ketika mendengar istilah virus Corona atau Covid-19 adalah bahaya, menular, darurat, mematikan, menakutkan, khawatir, wabah, pandemi, penyakit, trauma, waspada, sedih.
Sedangkan kelompok responden yang mengaitkan virus Corona atau Covid-19 dengan perubahan perilaku hanya sekitar 8 persen. Perubahan perilaku yang dimaksud seperti hand sanitizer, kebersihan, jarak, karantina, vaksin, APD, imunitas, PSBB, di rumah, WFH, rapid, berdoa, bansos. Menurut Risang, yang menarik di kelompok pelaku pencegahan ini, tidak ada yang menyebut cuci tangan pakai sabun.
Kelompok responden yang mengaitkan virus Corona atau Covid-19 dengan patogennya, seperti virus dan bakteria, sebesar 15 persen.
Menurut UNICEF Communications Development Specialist Rizky Ika Syafitri, ketakutan yang dirasakan warga terkait Covid-19 ini bisa berarti positif jika diterjemahkan menjadi perilaku.
"Ketakutan ini kalau dimanfaatkan dengan benar kemudian bisa men-drive menjadi perilaku yang baik. Misal karena saya takut, saya akan pakai masker. Karena saya khawatir orang sakit, meninggal, saya akan pakai masker," ujar Rizky.
Survei yang dilakukan UNICEF dan Nielsen dilakukan di 6 kota besar, seperti Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Makassar dengan melibatkan 2.000 responden sebagai sampel. Survei yang dilakukan pada Agustus 2020 ini menggunakan metode random sampling pada rumah tangga, dengan responden usia 15-65 tahun.