INFO NASIONAL-- Regenerasi petani dalam lima tahun mendatang menjadi masalah serius dunia pertanian di Indonesia. Saat ini diperkirakan mayoritas petani rata-rata berusia 50 tahun sehingga produktivitas kerjanya pun berkurang.
“Bappenas dan Kementerian Pertanian sedang memetakan masalah ini, dan akan bekerjasama dengan instansi lain,’ ujar Direktur Pangan dan Pertanian Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan nasional (Bappenas) Anang Noegroho Setyo Moeljono dalam Webinar KSIxChange #29 pada Selasa, 27 Oktober 2020.
Baca Juga:
Webinar KSIxChange kali ini bertajuk Tantangan Regenerasi dan Upaya Revitalisasi pada Sektor Pertanian di tengah pandemi COVID-19. Kegiatan tersebut dibuka oleh Simon Ernst, Counsellor Development Effectiveness and Sustainability, Kedutaan Besar Australia di Jakarta.
Dalam sambutannya, Simon mengemukakan dukungan pemerintah Australia terhadap respon COVID-19 di Indonesia yang salah satunya melalui program Australia-Indonesia Partnership for Promoting Rural Incomes through Support for markets in Agriculture (AIP PRISMA). “ Kami membentuk gugus tugas untuk mengumpulkan informasi dan menggunakannya untuk menilai dampak pandemi dan kemudian mengembangkan rekomendasi di sektor pertanian, mengalihkan sumberdaya ke sub-sektor pertanian yang memiliki potensi tertinggi untuk efisiensi dan mendorong pemulihan akibat COVID-19 dan beralih secara cepat dari respon ke pemulihan, memberikan saran perencanaan yang pragmatis dan strategis kepada mitra dan memanfaatkan peluang yang muncul dari krisis,” ungkapnya.
Menurut Anang, untuk regenerasi petani dan revitalisasi pertanian, Bappenas bekerjasama dengan masyarakat maupun yayasan di bidang pertanian untuk memperkuat penyuluhan di daerah-daerah. Langkah tersebut merupakan upaya mendukung kelanjutan produktivitas tenaga kerja pertanian.
Baca Juga:
Salah satunya adalah kerjasama dengan Yayasan Agri Sustineri Indonesia melalui Program PancerTani. Program tersebut fokus kepada para anak muda. Tujuannya menggerakkan ekonomi perdesaan dengan menciptakan pengusaha muda untuk keberlanjutan pertanian. Pancer Tani juga membantu para petani kecil meningkatkan pendapatan dengan cara memperkenalkan rantai nilai dan teknologi pertanian.
Sedangkan Siti Munifah, Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan memaparkan, kebijakan lembaganya adalah pembangunan pertanian yang Maju, Mandiri dan Modern. Kementan juga melakukan ekspansi dengan memperluas areal tanah baru dan pembukaan food estate di Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara. Pengembangan tersebut tentunya membutuhkan dukungan para petani muda.
Menurut Siti, semua kebijakan pembangunan pertanian untuk meningkatkan nilai tukar usaha pertanian. Target 2021adalah penyerapan tenaga pertanian dengan menampung 2,7 juta petani milenial. Kementan melakukan tiga cara untuk regenerasi petani. Pertama, transformasi penyuluhan melalui pengembangan IT platform dan digital network. Kedua, tranformasi pendidikan pertanian. Tiga, melakukan pelatihan vokasi dan sertifikasi untuk menghasilkan pengusaha pertanian milenial.
Head of Partnership and Social Impact TaniHub Group, Deeng Sanyoto menuturkan, pihaknya pernah melakukan feasibility study dengan melibatkan sejumlah mahasiswa dari berbagai program studi untuk membantu para petani yang bergabung di TaniHub. Misal, mahasiswa program studi Teknologi Informasi Digital bisa membuat desain dan konten website TaniHub. Sedangkan mahasiswa desain komunikasi visual dapat merancang kemasan TaniHub yang lebih menarik.
“Melakukan regenerasi petani sulit, tapi bias dilakukan dengan mengubah mindset. Berpikir tentang pertanian harus holistik, bukan hanya di berada lapangan karena pertanian merupakan ekosistem,” katanya. Untuk mengubah pola pikir, TaniHub mengembangkan tagline Agriculture for everyone . Siapa pun yang terlihat dalam eksosistem pertanian, bisa disebut petani.
Evi Sophia yang sejak dua tahun lalu bergabung dengan Kelompok Petani Muda Organik (Ketan Pedo) dari Cibiru Sukabumi, Jawa Barat menuturkan pengalamannya menekuni sektor pertanian.
Ibu rumah tangga ini sempat ragu apakah bertani bisa meningkatkan penghasilan keluarganya. Ini dikarenakan beragam anggapan negatif seperti petani harus kerja berpanas-panasan, harga pupuk yang mahal, sulitnya distribusi hasil pertanian , dan harga jual yang kerap di bawah harapan petani. Setelah menjalani kehidupan sebagai petani, Evi membuktikan sendiri bahwa semua anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Desanya yang tandus diatas bukit yang sebelumnya tidak diolah oleh pemilik tanah, ternyata bisa ditanami dan menghasilkan uang.
Knowledge Sector Initiative (KSI) adalah kemitraan antara pemerintah Indonesia dan Australia yang didanai oleh Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) Australia bekerjasama dengan Bappenas. KSI bertujuan untuk mengatasi berbagai kendala mendasar yang menghambat sektor pengetahuan di Indonesia, baik dari sisi penyediaan maupun penggunaan bukti berkualitas dalam penyusunan kebijakan.(*)