TEMPO Interaktif, Jakarta: Pasukan perdamaian Garuda Bhayangkara I dari Kepolisian Republik Indonesia berangkat ke Darfur, Sudan, melalui Bandara Halim Perdana Kusuma, malam nanti sekitar pukul 19.00 WIB.
Pasukan ini akan bergabung dengan pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa menjaga perdamian negara yang tengah dilanda perang saudara tersebut.
Komandan kontingen Garuda Bhayangkara Ajun Komisaris Besar Johni Asadoma mengatakan pasukan yang ditugaskan mencapai 140 orang. Sebanyak 10 orang anggota pasukan telah lebih dulu berangkat ke Sudan.
Mereka akan ditugaskan untuk menjaga keamanan di kamp pengungsi. "Karena di kamp-kamp pengungsian itu sering terjadi perampokan, pemerkosaan, dan pembunuhan," kata Johni, lewat sambungan telepon, Sabtu(11/10).
Pasukan ini akan menggunakan pesawat sewaan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Menurut Johni, pasukannya akan bertugas selama setahun. Mereka akan bergabung bersama 19.557 pasukan perdamaian PBB di mana 3.772 di antaranya merupakan anggota polisi. Pasukan perdamaian mulai bertugas di Sudan sejak 2005.
Menurut Johni, Polri telah mengirim kontingen untuk pasukan perdamian PBB beberapa kali. "Namun, ini yang pertama dengan dilengkapi senjata tempur," kata dia.
Pasukan Garuda akan dilengkapi lebih dari 56 unit kendaraan militer dan pendukung misi militer serta persenjataan ringan, meliputi kendaraan lapis baja sebanyak sembilan unit, mobil komando Land Cruiser enam unit, Mobil Mazda patroli 17 unit, truk angkut pasukan delapan unit, tank/APC sembilan unit, mobil ambulans tiga unit, mobil tangki air dua unit dan mobil tangki bahan bakar dua unit. Sisanya adalah kendaraan operasional dari PBB dan yang belum dibawa dari Indonesia.
Kontingan itu secara resmi telah dilepas Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Makbul Padmanagara di lapangan Markas Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Kamis (9/10) lalu.
Kepala Polri Jenderal Bambang Hendarso Danuri meminta mereka menunjukkan performa yang membanggakan. Mereka juga harus bertindak profesional sesuai aturan yang berlaku di PBB.
Perang saudara di Sudan dimulai tahun 1983. Pertikaian di Sudan Selatan ini telah menewaskan 200 ribu jiwa. Sebanyak 2,5 juta orang juga hidup di kamp-kamp pengungsian akibat perang ini. Tercatat perang saudara pernah meletus setelah era kemerdekaan Sudan dari Inggris yakni dari 1955-1972.
Sutarto/Heru Triyono