TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir meminta PT PLN (Persero) mengembangkan inovasi dalam pencatatan pemakaian listrik pelanggan. Permintaan ini terkait polemik lonjakan tagihan listrik yang dialami oleh sejumlah pelanggan PT PLN (Persero) pada Juni 2020
"Ke depannya PLN untuk mengedepankan inovasi dalam memberikan layanan, misalnya dengan smart meter, smart distribution, hingga smart procurement," kata Erick dalam konferensi video, Jumat, 12 Juni 2020
Dia menambahkan lonjakan tagihan listrik yang dialami oleh sejumlah pelanggan disebabkan oleh sistem penagihan selama pembatasan pada masa wabah Covid-19. "Soal isu hot tagihan naik, itu bukan naik tetapi yang tadinya bulanan tapi karena Covid-19 tidak tertagihkan, jadi baru ditagih, tagihan beberapa bulan dijadikan satu. Kan biasa kalau enggak ditagih lupa, pas ditagih marah," ujarnya
Erick pun mengatakan bahwa perseroan telah mengumumkan solusi dari persoalan tersebut, yakni pelanggan bisa membayarkannya secara dicicil.
Sebelumnya, Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Bob Saril mengatakan lonjakan tagihan listrik hingga 300 persen dari biasanya sangat bisa terjadi pada beberapa bulan terakhir ini.
Sebab, ia meyakini adanya kenaikan konsumsi listrik oleh pelanggan selama masa pandemi Covid-19, khususnya dengan adanya kebijakan bekerja dan belajar dari rumah. "Misalnya penggunaan AC itu dulu empat jam tapi sekarang menjadi sepuluh jam, berarti naik 2,5 kalinya," ujar Bob dalam konferensi video, Kamis, 11 Juni 2020.
Bob lantas menganalogikan konsumsi listrik seperti memakan kue. Ia mengatakan bisa saja pada kondisi sebelum Covid-19 pelanggan memakan kue sebanyak lima buah. Namun, ketika pandemi melanda dan bekerja di rumah, konsumsi kue tersebut naik menjadi tujuh buah.
Namun, pada masa wabah pula, PLN tidak melakukan pengukuran langsung ke lapangan. Sehingga, tagihan menggunakan rata-rata tiga bulan konsumsi pelanggan sebelumnya. Artinya, ketika konsumsi naik menjadi tujuh kue, pelanggan tetap hanya dihitung lima pada Bulan April. Demikian juga pada bulan Mei.
Pada bulan Juni, PLN telah melakukan pengukuran kembali di masing-masing rumah atau kantor pelanggan. Artinya besaran tujuh kue yang ada pada bulan Juni akan ditambahkan dengan empat kue yang pada bulan sebelumnya tidak dihitung. Sehingga pada Juni, pelanggan bisa ditagih sebesar 11 kue.
"Artinya naiknya bisa 250 persen, bisa juga 300 persen tergantung pemakaiannya," ujar Bob. Ia pun mengatakan para pelanggan bisa mencatat sendiri pemakaiannya. Sebab, semua angka meterannya pun berada di rumah. "Kalau meternya di kantor PLN mungkin bapak ibu curiga, ini kan meternya di rumah."
Bob mengatakan besaran tagihan listrik hanya ditentukan tarif dan volume pemakaian. Ia memastikan tarif listrik tidak pernah naik sejak Januari 2017. Sehingga, ia menegaskan kenaikan listrik pasti disebabkan oleh volume pemakaian yang membesar.
CAESAR AKBAR