TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan stunting bisa menghambat pertumbuhan ekonomi.
"Stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, menurunkan produktivitas, menghambat pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kemiskinan serta kesenjangan," katanya dalam orasi bertajuk "Mewujudkan Indonesia Maju melalui Percepatan Penurunan Angka Stunting" di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur, Sabtu, 29 Februari 2020.
Menurut dia, kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal kehidupan setelah lahir. Tetapi, gejala stunting baru tampak setelah anak berusia 2 tahun.
"Kekurangan gizi, selain disebabkan oleh masalah pangan, diperberat oleh adanya infeksi penyakit, baik menular maupun tidak menular, kemudian sanitasi yang buruk, ketersediaan air minum yang layak, serta pola asuh keluarga," katanya.
Upaya pencegahan terjadinya stunting, kata dia, harus dilakukan pada 1.000 hari pertama yang dimulai sejak ibu hamil sampai dengan anak berusia 2 tahun (golden period).
"Dengan penanganan yang tepat pada 1.000 hari pertama kehidupan akan lahir dan tumbuh bayi yang terhindar dari gangguan gizi serta berkembang secara optimal," katanya.
Ia menyatakan Indonesia ingin punya SDM yang bebas riwayat stunting pada 2045. Secara bertahap, pemerintah terus berupaya menurunkan angka stunting tersebut. Pada 2013, angka stunting di Indonesia sekitar 37 persen dan pada 2019 turun menjadi 27 persen.
Pada kesempatan itu, Terawan mengatakan saat ini tingkat kecerdasan anak Indonesia berada di urutan 64 terendah dari 65 negara.
Dari pengukuran angka Human Capital Indeks (HCI) Indonesia saat ini adalah 0,53, artinya berdasarkan capaian pendidikan dan status kesehatan saat ini diperkirakan anak-anak Indonesia yang lahir sekarang 18 tahun kemudian hanya dapat mencapai 53 persen dari potensi produktivitas maksimumnya. Saat ini HCI Indonesia berada di peringkat 87 dari 157 negara di dunia.