TEMPO.CO, Semarang - Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi Jawa Tengah Brigadir Jenderal Benny Gunawan menyebut Solo sebagai kota paling rawan peredaran narkoba di Jawa Tengah.
Benny menyebut, Solo menjadi jalur lalu lintas peredaran narkoba karena posisinya yang berada di tengah.
Ia mengatakan, tahun depan bakal memprioritaskan pencegahan peredaran narkoba di daerah Solo Raya. "Solo menduduki rangking pertama di Jawa Tengah, bahkan Semarang kalah," kata Benny di Kantornya, Senin, 23 Desember 2019.
Selama 2019, BNNP Jateng menggagalkan penyelundupan 62 kilogram ganja. Dari jumlah itu, 50 kilogram berasal dari wilayah Solo. "Selain sebagai kota transit juga sebagai kota tujuan narkoba," sebut dia.
Selain itu, 6,6 kilogram sabu dan 486 butir ekstasi berhasil disita petugas selama 2019 di Jawa Tengah. Narkoba yang beredar di Jateng itu, menurut Benny, berasal dari jaringan internasional asal Cina, Malaysia, Eropa, Pakistan, Iran, Jerman, dan Polandia.
Barang bukti itu berasal dari pengungkapan 20 kasus narkoba yang melibatkan 51 tersangka, meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 35 kasus. Saat ini, 48 tersangka telah menjalani persidangan.
Sebanyak 51 tersangka penyalahgunaan narkoba yang berhasil diamankan petugas di tahun 2019, 11 di antaranya merupakan narapidana atas perkara yang sama. Mereka mengendalikan peredaran narkoba dari dalam lembaga pemasyarakatan. "Sedangkan barang bukti tindak pidana pencucian uang, BNNP Jateng telah menyita uang senilai Rp 10 miliar," sebut Benny.