TEMPO.CO, Surabaya- Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) menggelar aksi di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Selasa, 18 November 2019. Mereka mendesak Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, mengatasi pencemaran lingkungan di dua desa di Sidoarjo dan Mojokerto akibat sampah plastik impor.
"Kami ingin menunjukkan kalau Jawa Timur tidak seperti yang disangkakan Khofifah. Jadi fakta yang kami munculkan adalah ada kontaminasi dioxin. Dioxin ini adalah indikator kalau ada wilayah di Jawa Timur yang rusak karena aktivitas pembakaran plastik yang sudah puluhan tahun," kata Direktur Ecoton Prigi Arisandi.
Ecoton bersama International Pollutants Elimination Network (IPEN), Arnika Association, dan Nexus3 belum lama ini merilis hasil penelitian mereka terhadap telur ayam lepas liar di Desa Tropodo, Sidoarjo, dan di Desa Bangun, Mojokerto. Hasilnya, telur ayam di dua desa itu mengandung beragam racun dari sampah plastik. Satu dari 16 bahan beracun itu adalah dioksin.
Konsentrasi dioksin dalam telur di Tropodo bahkan tertinggi kedua di Asia, yakni mencapai 200 pg TEQ g-1 lemak. Peringkat pertama ada di situs Bien Hoa di Vietnam yang terpapar senjata kimia Agent Orange buatan Amerika Serikat. Senyawa berbahaya ini memicu di antaranya penyakit kanker, diabetes, menopause dini, hingga perubahan respons sistem kekebalan tubuh.
Aksi Ecoton dilakukan menyusul respons Gubernur Khofifah yang dianggap lembaga ini tidak tepat. Sebab, setelah hasil penelitian lembaga lingkungan hidup lintas negara tersebut dirilis, Khofifah malah mengunjungi sentra peternak ayam petelur di Malang dan mengajak makan telur. "Itu nggak nyambung dengan problem plastik di Jawa Timur," katanya.
Seharusnya, kata dia, Khofifah merespons dengan menyatakan keprihatinannya dan akan melakukan kajian. Selanjutnya bagaimana mengatasinya. "Itu yang kami harapkan," katanya. Menurut Prigi, hulu dari masalah ini adalah impor sampah kertas yang dilakukan perusahaan-perusahaan kertas di Jawa Timur. Impor sampah kertas selama ini jadi modus masuknya sampah plastik.
Sampah Plastik yang tercampur dalam sampah kertas tersebut kemudian dijual ke para pengepul. Salah satunya disalurkan ke pengepul yang ada di Desa Bangun. Oleh para pengepul, selanjutnya sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang dijual ke pengusaha pabrik tahu di Desa Tropodo untuk dijadikan bahan bakar pembuatan tahu. "Plastik itu kalau dibakar menghasilkan dioksin," katanya.
NUR HADI