TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi perempuan Muhammadiyah, Aisyiyah menyatakan akan menjadi penganjur dan pelopor keluarga monogami.
"Dan akan mempersempit peluang untuk berpoligami di Muhammadiyah. Saya kira itu yang akan terjadi," kata Sekretaris PP Muhammadiyah, Agung Danarto kepada Tempo pada Selasa, 19 November 2019.
Penegasan itu disampaikan Agung setelah dirinya menjadi narasumber Sidang Tanwir II ‘Aisyiyah yang digelar di Yogyakarta, 17-18 November 2019.
Panel itu bertajuk Dinamisasi Gerakan Menebar Islam Berkemajuan. Dalam pemaparannya, ia menyebutkan bahwa salah satu indikator Islam Berkemajuan Muhammadiyah-‘Aisyiyah ditunjukkan dengan pandangan yang memuliakan perempuan.
Agung mejelaskan, mempersempit peluang poligami sudah dilakukan Aisyiyah sejak lama. Hal ini diyakini karena Aisyiyah merasa hal itu bertentangan dengan tema pemberdayaan dan kesetaraan yang diusung.
"Andaikan pun sidang kemarin tidak dibahas secara khusus (poligami), Aisyiyah sudah melakukannya," ujarnya.
Dia menjelaskan, prinsip poligami bukanlah prinsip utama pembentukan keluarga sakinah. Semangat Aisyiyah itu juga yang akhirnya mengubah tradisi para pendahulu Muhammadiyah yang berpoligami dan beralih kembali ke monogami.
"Dulu tokoh Muhammadiyah banyak yang poligami, saat ini hampir tidak ada tokoh Muhammadiyah yg poligami," ujarnya.
Agung menegaskan, dalam keyakinan Muhammadiyah, berkeluarga harus dibangun berdasarkan 5 asas. "Memuliakan manusia, hubungan kesetaraan, keadilan, kasih sayang, dan pemenuhan kebutuhan hidup sejahtera dunia dan akhirat. Dan keluarga sakinah akan sangat sulit dicapai oleh rumah tangga yang poligami," ujarnya.
Meski begitu, Agung mengatakan Aisyiyah tidak akan menutup sepenuhnya kemungkinan berpoligami.
Menurutnya, poligami adalah kanopi suci yang eksistensinya sudah diatur dalam Quran dan dibutuhkan sebagai jalan keluar ketika kondisi sosial masyarakat tidak normal.