TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat gerakan Islam, Zaki Mubarak, menilai serangan bom bunuh diri yang dilakukan di Polrestabes Medan pada Rabu lalu terafiliasi dengan organisasi Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Hal ini ia simpulkan dari target serangan yang menyasar aparat kepolisian.
"Mereka punya ideologi, ya, ideologi JAD. Sebab kelompok-kelompok jihad selain JAD tidak menjadikan polisi sebagai sasaran jihad," kata Zaki saat ditemui di kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Sabtu, 16 November 2019.
Zaki mencontohkan kelompok Jamaah Islamiyah (JI) yang juga masih ada di Indonesia. Jaringan yang sempat menggegerkan Indonesia pada periode 2004 hingga 2009 itu disebut Zaki tak pernah menarget polisi sebagai pihak yang harus diberantas.
Justru saat ini, kata dia, JI punya pola baru. "Mereka punya konsentrasi untuk membangun laskar di beberapa tempat dan dakwah untuk membangun ideologi di masyarakat," kata Zaki.
Sedangkan JAD, menurut Zaki, lebih banyak melakukan aksi yang mereka sebut sebagai jihad atau serangan kepada thogut. Apalagi, JAD merupakan kepanjangan tangan dari kelompok teror ISIS yang ada di Suriah. "Sekitar 80 persen pelaku serangan teror itu terkoneksi dengan JAD, baik secara struktural maupun secara fungsional," kata Zaki.
Sebelumnya seorang pelaku teror bernama Rabbial Muslim Nasution alias RMN meledakkan dirinya di Polrestabes Medan. RMN tewas dalam ledakan itu. Adapun empat polisi dan dua warga sipil terluka.
Polisi telah merampungkan autopsi jasad Rabbial Muslim Nasution di Rumah Sakit Bhayangkara Medan, Jalan KH Wahid Hasyim, Medan. Jenazah Rabbial akan diserahkan kepada pihak keluarga setelah proses autopsi selesai. "Akan diserahkan kepada pihak keluarga," kata Wakapolda Sumatera Utara Brigadir Jenderal Mardiaz.