Satu orang lain yang diperiksa polisi adalah Ahmad Lestaluhu. Fotonya didapat dari sumber di kepolisian, yang mengirimkannya ke beberapa kolega Novel. Sejumlah saksi kejadian 11 April menyebutkan, ia memiliki kemiripan dengan satu di antara dua penyerang. Foto itu diserahkan kepada Kepala Polda Metro Jaya, waktu itu Inspektur Jenderal Mochamad Iriawan, ketika ia menjenguk Novel di Singapura.
Dihubungi melalui telepon, Ahmad Lestaluhu menyangkal keterlibatan dirinya dalam penyerangan Novel. Namun ia mengaku mengenal Hasan dan Muhklis. Bersama Hasan, ia menyatakan bekerja sebagai “mata elang”. “Kalau Muhklis, enggak tahu kerja apa,” ujarnya —pernyataan yang juga berbeda dengan keterangan polisi.
Ketua KPK Agus Rahardjo (kiri) bersama Kapolda Metro Jaya Irjen Idham Azis (kanan) menunjukkan sketsa terduga pelaku penyiraman air keras kepada penyidik KPK Novel Baswedan dalam sesi konferensi pers di Jakarta, 24 November 2017. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Novel juga memiliki informasi tersendiri tentang kasus penyiramannya. Dalam wawancara dengan Tempo pada Agustus 2017, Novel menyebut ada jenderal polisi aktif yang diduga memerintahkan tim penyidik menghapus sidik jari pelaku yang tertinggal di cangkir wadah air keras saat olah tempat kejadian perkara. Jenderal ini juga diduga terlibat dalam sejumlah rencana penyerangan terhadap Novel dan penyidik KPK lain.
Sang jenderal, menurutnya, memiliki posisi kuat dalam struktur kepolisian. Karena itu, Novel berharap kasus ini bisa diungkap. "Jika tidak, citra kepolisian akan semakin buruk," ujarnya.
Polisi menantang Novel untuk membuka identitas sang jenderal. "Catat ini, katakan jenderal mana, buka, itu sangat berharga, informasi apapun dari masyarakat dari pelapor, dari mana saja ke penyidik buka, kita akan ucapkan terima kasih," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Hubungan Masyarakat Kepolisian Republik Indonesia Brigadir Jenderal Mohammad Iqbal di Polres Metro Jakarta Selatan, Rabu, 11 April 2018.
Novel enggan menyikapi tantangan dari Kepolisian RI. "Saya kira saya tidak dalam posisi untuk menyampaikan nama tersebut kepada publik," kata Novel dalam sejumlah kesempatan.
Sudah 2,5 tahun berlalu. Banyak pihak sedari awal meragukan komitmen kepolisian dalam mengungkap kasus ini. Ketua WP KPK Yudi Purnomo berharap Presiden Joko Widodo mengevaluasi hasil kerja tim teknis kasus Novel Baswedan ini. Dia juga mendesak Presiden mau membentuk tim gabungan pencari fakta independen jika tim teknis itu gagal.
BUDIARTI UTAMI PUTRI | MAJALAH TEMPO