INFO NASIONAL — Warga Jakarta kini memiliki moda transportasi modern, cepat, dan terjangkau dengan hadirnya MRT Jakarta. Moda transportasi berbasis rel hasil kerja sama dengan Pemerintah Jepang ini, sekaligus telah mengubah budaya warga Jakarta, dari menggunakan transportasi pribadi menjadi nyaman menggunakan transportasi publik.
Hal itulah yang telah dan sedang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta saat membangun MRT. MRT atau Moda Raya Terpadu telah mampu menjadi salah satu solusi menekan angka kemacetan lalu lintas di ibu kota. Terlebih moda transportasi tersebut juga terintegrasi dengan moda transportasi lain seperti Bus Rapid Transit (BRT) dan Light Rapid Transit (LRT).
Sebelum diresmikan, moda transportasi pertama di Indonesia ini telah melaksanakan uji coba publik dengan kuota mencapai 50 ribu penumpang per hari. Selama uji coba tersebut, masyarakat dapat menikmati berbagai fasilitas dan fitur yang ada di seluruh stasiun seperti ruang menyusui, musala, toilet untuk penyandang disabilitas, hingga lift bagi penumpang prioritas.
Dalam satu rangkaian kereta terdiri dari enam gerbong kereta dengan kapasitas penumpang sejumlah 1.900 orang. Ada sebanyak 14 rangkaian kereta yang beroperasi pada masa operasi komersial, dan dua rangkaian lainnya jadi cadangan.
Kehadiran MRT menjadi salah satu upaya untuk mengurangi beban jalan raya sekaligus mengurangi kemacetan karena tingginya penggunaan kendaraan pribadi bagi warga Jakarta yang beraktivitas sehari-hari.
Pada fase pertamanya, MRT Jakarta telah memiliki rute Bundaran HI - Lebak Bulus. Kereta Ratangga ini melewati 13 stasiun, dari Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia, sepanjang 16 kilometer setiap hari. Enam kilometer di antaranya di bawah tanah (underground) yang melalui enam stasiun, yaitu Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, dan Bundaran Hotel Indonesia. Sedangkan, 10 kilometer sisanya merupakan struktur layang (elevated) yang melewati tujuh stasiun, yakni Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, serta Sisingamangaraja.
Untuk operasional, MRT Jakarta dikelola oleh PT Mass Rapid Transit Jakarta (PT MRT Jakarta) yang berdiri pada 17 Juni 2008. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) inilah yang merancang pembangunan koridor MRT Jakarta Utara-Selatan Fase 2 Bundaran HI-Kota, selain koridor MRT Jakarta Timur-Barat Fase 3 Kalideres-Cempaka Baru. Pembangunan MRT Fase 2 direncanakan pada 2020 dan ditargetkan selesai empat tahun kemudian.
Untuk memperkuat komitmen terhadap transportasi publik ini, Pemprov DKI juga telah menyiapkan pembangunan MRT pada fase II. Tak tanggung-tanggung, Dinas Perhubungan DKI Jakarta telah mengajukan anggaran tambahan Rp 500 miliar untuk pembebasan lahan di sepanjang jalur MRT Jakarta fase II rute Bundaran Hotel Indonesia (HI) - Kawasan Kota.
"Anggaran Rp 500 miliar itu tambahan untuk pembebasan tanah di jalur MRT fase II," ujar Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo.
Jumlah penumpang MRT Jakarta tertinggi pernah mencapai 125.159 penumpang per hari. Hingga September 2019, jumlah rata-rata pengguna MRT Jakarta mencapai 91.083 penumpang per hari. Ketepatan waktu kedatangan, waktu tempuh, dan waktu berhenti kereta di stasiun MRT mencapai 100 persen dari total 6.159 perjalanan perjalanan kereta.
Untuk menggunakan layanan MRT Jakarta, masyarakat dapat memilih beberapa alternatif metode pembayaran.
Pertama, menggunakan kartu MRT Jakarta Jelajah Single Trip, dapat diperoleh di mesin tiket otomatis (ticket vending machine) atau loket tiket (ticket sales office) yang ada di seluruh Stasiun MRT Jakarta.
Kedua, menggunakan kartu uang elektronik bank seperti JakLingko, E-Money Bank Mandiri, Brizzi Bank BRI, Tap Cash Bank BNI, Flazz Bank BCA, dan JakartaOne Bank DKI yang dapat diperoleh dari masing-masing bank dimaksud.
Untuk informasi lebih lengkap bisa dilihat di sini https://www.jakartamrt.co.id/edukasi/cara-menggunakan-mrt/. (*)