INFO NASIONAL — Wakil Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid (HNW), menyebut globalisasi merupakan salah satu tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. “Dalam globalisasi, dunia seolah menjadi tanpa batas. Kita harus menguasai bahasa-bahasa internasional,” ujarnya saat menerima 12 Santri Kubik Tahfizh Leadership di Ruang Rapat Pimpinan, Lt.9, Gedung Nusantara III, Kompleks Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta, 23 Oktober 2019.
HNW dalam kesempatan tersebut merasa bangga, sebab himpunan anak muda dari berbagai latar dan daerah itu cinta Alquran dan menjadikan kitab suci umat Islam sebagai pedoman dalam kehidupan dan leadership atau kepemimpinan.
Tahfizh Leadership dikatakan oleh salah satu santrinya, Achmad Jamalulael, tidak sekadar wadah untuk menghafal Alquran, namun juga sarana bagi mereka untuk melatih kepemimpinan. Mereka di sana dididik selama delapan bulan. “Selepas dikader di sini, kita harapkan anggota bisa membuka cabang di daerah masing-masing,” ujarnya.
Menanggapi masalah kepemimpinan, HNW mengatakan kepemimpinan atau pemimpin itu tidak bisa datang atau terbentuk secara tiba-tiba. Menurutnya, pemimpin harus melalui proses, kaderisasi. Proses yang ada dimulai sejak anak-anak, sekolah, organisasi, dan kursus-kursus seperti Tahfizh Leadership. “Untuk itu maksimalkan dalam organisasi kalian,” ucapnya.
Lebih lanjut dikatakan, manusia tak bisa hidup sendiri. Untuk itu, diharapkan mereka menjalin silaturahmi, pertautan, dengan berbagai pihak termasuk dalam dunia internasional. Bergaul dengan beragam orang yang latarnya berbeda akan menjadi bagus bila dibiasakan. Dengan pergaulan dalam keberagaman, menurut HNW, itu bertujuan untuk mengetahui karakter masing-masing. “Sehingga, dari sinilah kita yang akan menjadi pemimpin bisa memahami orang yang dipimpin,” ujarnya.
Ditegaskan, dalam Alquran juga diajarkan mengenai kepemimpinan. HNW mengandaikan bila pemimpin diibaratkan sebagai imam, imam harus tahu kondisi makmumnya, sehingga dia tidak semena-mena. “Imam yang baik pun juga harus siap menjadi makmum,” ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Wakil Ketua Badan Wakaf Pondok Pesantren Gontor itu juga mencontohkan para ulama pendiri bangsa. Dengan menjadikan Alquran sebagai pedoman, para ulama berjuang untuk membebaskan Indonesia dari penjajahan. “Para ulama ikut memerdekakan Indonesia, mereka berasal dari beragam ormas Islam,” katanya.
Ditambahkan, pemimpin harus berani tampil ke depan. “Biasalah memimpin sehingga bisa menjadi teladan,” ucapnya. Ditegaskan pula, pemimpin harus bisa mempersiapkan pertanggungjawaban sehingga dalam melakukan kinerja melakukan terbaik. (*)