TEMPO.CO, Jakarta-Polri mengungkapkan alasan Riau menjadi wilayah yang paling banyak terdapat asap dalam kasus kebakaran hutan dan lahan. Riau disebut menjadi daerah pusat pusaran angin di wilayah Sumatera.
"Hasil diskusi dengan BMKG, Riau itu pusat pusaran angin. Jadi dari Sumatera Selatan, Jambi, kemudian mau masuk ke Selat Malaka itu putaran anginnya pasti di Riau. Jadi semua kumpul di Riau," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo di kantornya, Jakarta Selatan, Senin, 16 September 2019.
Kendati demikian, Dedi mengklaim bahwa terjadi penurunan titik api yang ada di Riau. Kini tersisa 350 sampai 400 titik dari sebelumnya mencapai 600 titik. "Memang kebakarannya kecil-kecil, namun jumlahnya yang memang cukup banyak itu," kata Dedi.
Guna mencegah kebakaran hutan dan lahan yang meluas, Dedi menuturkan semua stakeholders terkait sudah melakukan upaya secara maksimal. Khusus Polri sudah melakukan upaya penegakan hukum.
Lebih lanjut Dedi menegaskan Kepala Kepolisian Jenderal Tito Karnavian telah memerintahkan jajaran wilayah untuk menangkap kelompok para pembakar hutan dan lahan. Sebab ada dugaan para pelaku pembakar hutan dan lahan adalah kelompok yang sama.
"Sudah diperintahkan kepada jajaran tingkat Polda dan Polres untuk mampu mengungkap itu. Harus mampu. Pengungkapan dalam rangka memitigasi jangan sampai pelaku ini mengulangi perbuatannya. Karena ini merugikan semua pihak," ucap Dedi.
ANDITA RAHMA