INFO NASIONAL — Kelompok tani (poktan ) Manunggal, Desa Wediutah Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengangkat air dari sumber air Kali Greneng untuk keperluan pertanian. Padahal biasanya mayoritas penduduk di wilayah selatan Yogyakarta kekurangan air saat musim kemarau.
Irigasi perpompaan ini diresmikan Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunung Kidul, Bambang Wisnu Broto yang disaksikan Camat Semanu Huntoro Purba beserta Forkompinca (Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan), Rabu, 7 Agustus 2019. Irigasi perpompaan ini bantuan dari Kementerian Pertanian (Kementan) yang dikerjakan secara swakelola oleh poktan penerima kegiatan.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan Sarwo Edhy, mengatakan pemanfaatan alat mesin pertanian (alsintan) dapat mendukung upaya mitigasi kekeringan. Dia mengimbau dinas pertanian di kabupaten dan kota untuk memaksimalkan alsintan agar petani dapat terus berproduksi.
"Alsintan dapat mendukung mitigasi kekeringan, stok pompa di dinas kabupaten, segera disalurkan ke daerah terdampak kekeringan. Berdasarkan permintaan, pemanfaatan melalui Brigade Alsintan dalam mengamankan standing crop dan memitigasi kekeringan," ujarnya.
Sarwo juga mengatakan upaya lain untuk mitigasi kekeringan, yaitu dengan memanfaatkan sumber air. Saat ini tersedia 11.654 unit embung pertanian dan 4.042 irigasi perpompaan di dekat daerah terdampak kekeringan. Jumlah pompa air yang dialokasikan Kementan periode 2015-2018 sebesar 93.860 unit, 19.999 unit di antaranya khusus untuk daerah terdampak kekeringan.
"Kekeringan akan diperkirakan berlanjut beberapa bulan ke depan, antisipasinya kita bangun pipanisasi sehingga bisa menyelesaikan kekeringan. Pengamanan standing crop dilakukan dengan semua pihak sehingga terselesaikan dengan baik," ujar Sarwo.
Ketua Poktan Tani Manunggal Wediutah Sarwo Widodo, mengatakan sumber air Kali Greneng Wediutah merupakan warisan nenek moyang yang tak pernah surut airnya meski saat puncak musim kemarau. "Biasanya penduduk mengambil air dengan menyusuri lokasi yang dalam dengan memikul jerigen air untuk dibawa ke atas satu persatu," ujar Sarwo Widodo.
Dengan lahan pertanian seluas 20 hektare biasanya petani hanya menanam padi sekali di musim hujan dan satu kali tanam palawija di musim kedua sedang di musim ketiga tidak menanam. Namun, dengan irigasi perpompaan, menambah motivasi petani Wediutah sehingga lebih tekun bertani dan tidak takut kekeringan.
Pada musim kemarau ini diuji coba tanam jagung seluas 3 hektare dan akan ditambah menjadi 15 hektare di musim ketiga dengan tanaman jagung dan kacang atau kedelai dan sayuran. "Kami sangat berterima kasih kepada pemerintah yang telah meringankan beban petani dalam hal pengairan," ujarnya.
Bambang Wisnu Broto berharap petani membentuk Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dalam pengelolaan air ke depan. "Dengan memiliki P3A, air yang ada akan bisa dikelola dengan baik. Sehingga, proses tanam akan lancar dan lebih mudah menghadapi kekeringan," katanya.
Di hari Selasa, 6 Agustus 2019, Kadis DPP juga meresmikan irigasi perpompaan di poktan Rukun Agawe Makmur Beji, Patuk. Irigasi ini untuk pengairan lahan 25 hektare dengan sumber air sungai Oya, dilanjutkan gerakan tanam jagung 7 hektare dan bawang merah 1 hektare di musim ketiga atau kemarau. (*)