TEMPO.CO, Jakarta - Fungsionaris Partai Golkar Darul Siska mempertanyakan surat panggilan dari Majelis Etik Partai Golkar terhadap dirinya. Pendukung Bambang Soesatyo ini dipanggil lantaran surat terbuka yang dia layangkan kepada Wakil Ketua Dewan Kehormatan Golkar Akbar Tandjung dan Ketua Dewan Pakar Golkar Agung Laksono.
Pertama-tama, Darul mempertanyakan keberadaan Majelis Etik. Ia mengatakan majelis itu tak ada dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai. Berikutnya jika Majelis Etik itu berfungsi, dia menilai seharusnya Akbar dan Agung yang dipanggil pertama kali.
"Jika majelis etik ini memang berfungsi tentu yang harus dimintai keterangan lebih dahulu adalah Ketua Dewan Pakar dan Wakil Ketua Dewan Kehormatan," kata Darul kepada Tempo, Selasa, 6 Agustus 2019.
Darul sebelumnya mengirimkan surat terbuka kepada Akbar Tandjung dan Agung Laksono. Ia menyindir Akbar Tandjung dan Agung Laksono yang terang-terangan menyatakan dukungan kepada Airlangga Hartarto untuk maju sebagai calon ketua umum.
Menurut dia, Akbar dan Agung semestinya mendorong agar Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar segera menggelar rapat pleno untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap Pemilu 2019, serta menentukan jadwal rapat pimpinan nasional serta musyawarah nasional.
"Tentu Pak Akbar dan Pak Agung pada waktunya secara pribadi boleh saja menjadi tim sukses calon ketua umum," tulis Darul Siska pada suratnya yang diterima Ahad, 4 Agustus 2019.
Sebelumnya, pada Rabu, 31 Juli lalu, Akbar Tandjung menyatakan mendukung Airlangga untuk kembali menjadi ketua umum Golkar. Akbar menyatakan dukungan itu saat ditanya wartawan ihwal siapa di antara Airlangga dan Bambang Soesatyo yang menurutnya layak memimpin partai beringin.
"Saya memberikan dukungan kepada Airlangga untuk kembali menjadi ketua umum," kata Akbar di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Rabu, 31 Juli 2019. Adapun Agung Laksono telah beberapa kali menyatakan dukungannya kepada Menteri Perindustrian itu.
Menurut Darul Siska, Majelis Etik juga seharusnya mengingatkan Agung dan Akbar. Dia mengklaim tak akan membuat,surat terbuka itu jika sejak awal Akbar dan Agung tak menunjukkan keberpihakannya.
"Ini berlebihan karena saya belum pernah tahu ada kode etik yang mau dipedomani oleh Majelis Etik. Menurut teman-teman saya ini disebut sebagai teror psikologis," ucapnya.
Menurut Darul, pemeriksaan terhadap dirinya oleh Majelis Etik akan berlangsung besok siang, Rabu, 7 Agustus 2019 di DPP Partai Golkar, Jalan Anggrek Neli Murni, Jakarta Barat. "Saya baru terima surat, besok jam 14.00," kata Darul.
Ketua Majelis Etik Partai Golkar Muhammad Hatta belum merespons panggilan dan pesan Tempo untuk dikonfirmasi perihal ini.