TEMPO.CO, Jakarta - Persaudaraan Alumni atau PA 212 akan menggelar acara Ijtima Ulama IV di Hotel Lor In, Sentul pada Senin, 5 Agustus 2019. Juru bicara PA 212 Novel Bamukmin mengatakan, Ijtima Ulama kali ini berbeda dari sebelumnya, karena tidak akan mengundang satu pun tokoh politik dan elite politik.
Dia menyebut, PA 212 ingin kembali ke khittah dan tidak menyangkutpautkan gerakan agama dengan politik praktis. "Perjuangan kami saat ini tanpa partai dan politik," ujar Novel di Hotel Sentral, Jakarta, Sabtu, 3 Agustus 2019.
Lalu bagaimana perjalanan Ijtima Ulama I yang sempat menjadi gerakan politik pendukung Prabowo Subianto maju di pilpres 2019, hingga diwacanakan kembali ke gerakan agama melalui Ijtima Ulama IV? Berikut catatan Tempo berkaitan lika-liku perjalanan Ijtima Ulama I hingga IV;
Ijtima Ulama I
Ijtima Ulama pertama diinisiasi oleh sejumlah tokoh agama yang menamakan diri Gerakan Nasional Pengawal Fatwa atau GNPF-Ulama. Forum ulama ini menyatakan dukungan kepada Prabowo Subianto untuk maju sebagai calon presiden di pilpres 2019 dan merekomendasikan cawapres pendamping Prabowo.
Rekomendasi awal memunculkan dua dua opsi yakni; Prabowo Subianto-Salim Segaf Al-Jufri dan Prabowo Subianto-Abdul Somad. "Dua pasangan yang direkomendasikan GNPF Ulama ini saling melengkapi dari tokoh nasionalis-religius," kata Ketua Umum GNPF Ulama Yusuf Martak di Hotel Menara Penisula, Jakarta pada Ahad, 29 Juli 2018.
Dalam perjalanannya, UAS menolak masuk dunia politik dan memilih tetap berdakwah, sementara Salim Segaf Al-Jufri yang saat itu menyatakan siap mendampingi Prabowo, tak dipilih Prabowo. Belakangan, Ketua Umum Partai Gerindra itu mengacuhkan rekomendasi Ijtima Ulama GNPF dan memutuskan berpasangan dengan Sandiaga Uno di Pilpres 2019.
Ijtima Ulama II
Sempat kecewa karena Prabowo tak memilih cawapres yang direkomendasikan, GNPF Ulama menyatakan tetap mendukung Prabowo Subianto di Pilpres 2019 lewat Ijtima Ulama II yang digelar pada 16 September 2019.
Dukungan tersebut disertai 17 poin persyaratan yang tercantum dalam Pakta Integritas. Salah satu poinnya, meminta Prabowo Subianto menjamin kepulangan Pimpinan FPI Rizieq Shihab dari Arab Saudi, jika terpilih menjadi presiden.
Ijtima Ulama III
GNPF Ulama tak terima akan hasil perhitungan suara KPU yang menyatakan pasangan Joko Widodo - Ma'ruf Amin unggul dari Prabowo Subianto - Sandiaga Uno di pilpres 2019. Bertepatan dengan hari buruh internasional atau May Day pada 1 Mei 2019, mereka menggelar Ijtima Ulama III di Hotel Lor In, Sentul, Bogor.
Forum ini menyimpulkan, telah terjadi kecurangan yang terstruktur, sistematis, dan masif (TSM) dalam Pilpres 2019, yang menyebabkan suara Prabowo kalah dari Jokowi.
Prabowo Subianto menggugat hasil pilpres 2019 ke MK. Setelah melalui proses persidangan, MK memutuskan menolak seluruh gugatan Prabowo-Sandi pada 27 Juni 2019. Prabowo menyatakan menghormati hasil putusan MK.
Dua pekan setelah penetapan itu, Prabowo bertemu dengan Jokowi di stasiun MRT Lebak Bulus. Pada Sabtu, 13 Juli 2019, Prabowo mengucapkan selamat atas terpilihnya kembali Jokowi sebagai presiden dan menyatakan siap membantu pemerintah jika diperlukan.
Novel Bamukmin maupun Yusuf Martak mengaku tak diberi tahu soal pertemuan tersebut. Setelah itu, keduanya menerima banyak pertanyaan dari kolega mereka. Grup-grup WhatsApp pendukung Prabowo-Sandi yang mereka ikuti pun menjadi riuh. "Banyak yang mengucapkan, 'Selamat tinggal, Jenderal'," ujar Novel seperti dikutip dari Majalah Tempo edisi 22-28 Juli 2019.
Rencana Ijtima Ulama IV
Acara Ijtima Ulama IV direncanakan akan digelar di Hotel Lor In, Sentul pada Senin, 5 Agustus 2019. Acara ini disebut tidak akan dihadiri tokoh maupun elite politik. Sebab, Ijtima Ulama ingin kembali ke jalur agama.
Menurut Jubir PA 212 Novel Bamukmin, puncak keputusan ini diambil tak terlepas dari kekecewaan organisasinya terhadap pernyataan Ketua Dewan Pertimbangan PAN Amien Rais yang juga sekaligus Penasihat PA 212, yang menyinggung soal pembagian kekuasaan antara parpol pendukung Jokowi dan parpol pendukung Prabowo dengan power sharing 55:45.
"Itu tidak bisa kami terima. Sementara Pak Amien Rais dulu mengelompokkan ada partai Allah vs partai setan. Masa partai Allah dan partai setan power sharing?" ujar Novel di Hotel Sentral, Jakarta, Sabtu, 3 Agustus 2019.