TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief membandingkan sikap Ketua Komando Satuan Tugas Bersama Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam menyikapi situasi pascapencoblosan Pemilihan Presiden 2019. Andi menyebut AHY, sebagai orang yang berani menyuarakan sesuatu yang diyakini benar.
Baca juga: Alasan AHY, Yenny, dan 8 Kepala Daerah Bertemu di Bogor
Andi merujuk pada klaim kemenangan yang dilakukan kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, pasangan calon yang juga diusung Demokrat di pemilihan presiden 2019. Menurut Andi, AHY adalah orang pertama yang mengajak agar seluruh pihak menunggu perhitungan resmi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang akan diumumkan 22 Mei.
"Di saat 02 klaim menang 62 persen dan kini versi revisi 54 persen dan 01 dinyatakan menang oleh quick count, AHY adalah orang pertama yg menyatakan sebaiknya semua pihak menunggu 22 Mei," kata Andi Arief melalui akun Twitternya, @AndiArief_ pada Kamis, 16 Mei 2019. Andi mempersilakan cuitannya dikutip.
Andi mengatakan AHY lantas dirisak dan dituduh pengkhianat di kubu Prabowo hanya karena mengajak hidup benar. Namun menurut dia, AHY telah berani mengambil risiko melakukan sesuatu untuk menyadarkan orang banyak yang kadung larut dalam anggapan bahwa Prabowo menang.
Andi lantas membandingkan sikap AHY dengan Anies Baswedan. "Seharusnya @aniesbaswedan kawan saya juga jangan diam dan bertahan pada main aman. Ada yang mengganggu akal sehat namun diam, di mana kemanusiaan kita?"
Menurut Andi Arief, saat ini banyak tokoh senior, para purnawirawan jenderal, intelektual, serta tokoh agama yang terbelah. Dia menilai menjadi kewajiban orang muda yang waras dan berani mengambil risiko untuk berusaha mempersatukan mereka kembali.
"AHY sudah memulai, mana yang lain?" tulisnya.
Kemarin, AHY, sejumlah tokoh, dan kepala daerah berusia muda menggelar pertemuan bertajuk "Silaturahmi Bogor untuk Indonesia" di Museum Balai Kirti, Bogor, Jawa Barat. Tokoh-tokoh yang hadir di antaranya Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah.
Kemudian Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkiflimansyah, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, Bupati Banyuwangi Azwar Anas, Wali Kota Bogor Bima Arya, dan Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany.
Nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ada di dalam undangan, namun tak tampak hadir dalam pertemuan itu. Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan Anies tidak bisa datang karena harus menghadiri acara lain. "Mas Anies Baswedan yang saat-saat terakhir harus menghadiri acara di Pemprov Jakarta sehingga titip salam," kata Bima Arya di Museum Balai Kirti, Bogor, Jawa Barat, Rabu, 15 Mei 2019.
Menurut Bima Arya, tokoh yang hadir sudah saling mengenal dan bersahabat sebelum memimpin. Mereka berkumpul atas dasar kecintaan terhadap Indonesia dan perdamaian. "Kita ingin Indonesia yang damai. Seluruh pembicaraan tadi itu diwarnai energi yang sangat positif dan optimis bagaimana membangun Indonesia dengan cara damai, mengedepankan kebersamaan, dan membangun komunikasi," ujar Bima Arya.
Sepuluh tokoh yang hadir juga berdiskusi kondisi pascapilpres, dan membangun gagasan yang sama ke depan, yaitu fokus kepada gagasan kebangsaan. "Banyak gagasan tentang bagaimana kita perlu edukasi rakyat Indonesia agar semuanya siap berdemokrasi secara sehat."
BUDIARTI UTAMI PUTRI | FRISKI RIANA