TEMPO.CO, Jakarta - Gempa Lombok menyisakan cerita memilukan bagi Ishlahuddin, seorang warga di Desa Fansyor Kabupaten Lombok Utara. Saat gempa berkekuatan 7,0 skala richter itu mengguncang Lombok, Islahuddin tengah menjadi imam salat Isya di masjid desa itu.
Baca juga: Gempa Lombok, Ini Kendala Penanganan dan Kebutuhan Mendesak
Islahuddin mengisahkan guncangan gempa yang sangat dahsyat ia rasakan pada rakaat ketiga. "Tiba-tiba terjadi gempa, dan saya pun berinisiatif keluar dari masjid Karang Fansyor Pemenang," kata dia kepada Tempo, Senin 6 Agustus 2018.
Tak berselang lama setelah Islahuddin keluar dari masjid, ia menyaksikan bangunan itu runtuh. "Masjid rata dengan tanah," kata dia.
Islahuddin mengatakan masih banyak jamaah yang tertimbun reruntuhan di dalam masjid tersebut. "Sampai sekarang belum diketahui kondisinya," ujar dia.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyebut data terbaru korban gempa Lombok hingga saat ini mencapai 98 orang meninggal.
Baca juga: 2 Bayi Lahir Selamat Saat Gempa Lombok 7 SR Mengguncang
"98 orang meninggal dunia, 236 orang luka-luka, ribuan rumah rusak, dan pengungsi mencapai ribuan jiwa yang tersebar di berbagai lokasi," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Senin, 6 Agustus 2018.
Gempa bumi berkekuatan 7,0 skala richter mengguncang Pulau Lombok, dan Sumbawa, Ahad, 5 Agustus 2018, pukul 19.46 WITA. Pusat gempa ini terletak pada 8.3 lintang selatan, 116.48 bujur timur Kabupaten Lombok Utara dengan kedalaman 15 kilometer.
SYAFIUL HADI