TEMPO.CO, Jakarta -Dalam sejarahnya, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tidak pernah mendukung Jokowi baik ketika pilkada di Solo maupun di Jakarta dan Pilpres 2014. Hal itu membuat massa di tingkat bawah masih banyak yang mendukung Prabowo Subianto untuk Pilpres 2019.
Hal itu diakui Sekjen DPP PPP Arsul Sani yang secara blak-blakan mengungkapkan adanya perbedaan pandangan di akar rumput partainya dengan di tingkat elite untuk mendukung Jokowi pada Pilpres 2019 mendatang.
BACA: Mengapa Akar Rumput PPP Tak Solid ke Jokowi ?
Bahkan, kata dia, berdasarkan survei internal partai tersebut, hampir separuh kader masih belum ingin berpaling dari Prabowo Subianto.
"Indikatif survei kami masih sekitar 40% akar rumput PPP belum move on dari Pilpres 2014. Ini kami sikapi secara wajar dan apa adanya," kata Arsul di Kompleks Parlemen, Jumat 20 April 2018.
Berdasarkan sejarah panjang PPP, partai yang mengatasnamakan diri ‘Rumah Besar Umat Islam’ itu memang tak pernah mendukung Jokowi, baik di pemilihan Wali Kota Solo, Pilkada DKI Jakarta 2012 hingga di Pilpres 2014. Pada Pilpres 2014 PPP bergabung dalam poros Prabowo-Hatta.
BACA: Survei Cyrus: PPP Paling Dekat dengan Umat Islam
"Kalau dilihat dari sejarah panjang Jokowi dengan PPP itu kan selalu berhadap-hadapan, bukan mengusung. Oleh karena itu, wajar kalau kemudian di akar rumput belum menerima Jokowi," ujar Arsul.
PPP yang saat ini berbelok arah mendukung Jokowi punya pekerjaan rumah besar guna untuk meyakinkan seluruh kader menerima Jokowi sebagai capres 2019.
"Ini menjadi kewajiban kami di PPP. Pak Romi dan teman-teman DPP, termasuk saya harus turun ke daerah untuk menjelaskan kenapa hasil Mukernas alim ulama ganti posisi,” ujarnya.
Pada Mukernas, dari awal PPP memang mengusung Jokowi di Pilpres 2019, ujar Arsul.