TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat RI Fahri Hamzah menuding ada persekongkolan antara tersangka kasus korupsi Hambalang, Muhammad Nazaruddin dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini bahkan menganggap persekongkolan ini telah merusak nama baik dan keamanan bangsa.
"Persekongkolan ini telah menjadi problem keamanan nasional," kata Fahri dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin, 19 Februari 2018. Ia mengajak Komisi Pertahanan dan Komisi Hukum DPR RI melihat persoalan ini sebagai sesuatu yang serius.
Baca: Fahri Hamzah Sebut Nazaruddin dan KPK Bersekongkol
Tudingan Fahri ini adalah respons atas kesaksian Muhammad Nazaruddin yang menyebutkan bahwa Fahri menerima aliran dana korupsi saat menjabat sebagai Wakil Ketua DPR 2004-2009. Nazaruddin menyampaikan hal itu seusai bersaksi untuk terdakwa kasus korupsi proyek e-KTP Setya Novanto di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin, 19 Februari 2018.
Namun Nazaruddin tak berterus terang soal kasus yang menyeret Fahri. Ia hanya mengataan berkas barang bukti akan segera diserahkan ke KPK. "Nanti saya serahkan semuanya, di mana saya serahkan uang dan angka berapa dia menerima yang beberapa kali," katanya.
Juru bicara KPK Febri Diansyah mempersilakan Nazar menyampaikan informasi apa pun yang dimiliki. "Kalau ada bukti pendukung, akan kami terima," ujarnya.
Baca: Nazaruddin Sebut SBY dan Ibas Tak Terlibat Korupsi E-KTP
Fahri tegas membantah kesaksian Nazar. Selama 14 tahun menjadi anggota dan pimpinan DPR, Ia mengaku tidak pernah memiliki bisnis apa pun. Sebaliknya, Ia menilai kesaksian tersebut hanyalah pengulangan persekongkolan Nazar yang sudah dilakukan hampir 10 tahun terakhir.
Fahri menilai selama ini begitu banyak nama yang dibocorkan Nazar untuk ditindaklanjuti oleh KPK. Tak hanya dirinya, namun juga banyak nama besar yang ikut diseret-seret, seperti mantan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono serta keluarganya. Menurut Fahri, ribuan nama dibocorkan, hanya untuk dibungkam.
Apa yang disampaikan Nazar, kata Fahri Hamzah, akhirnya telah melahirkan keributan yang merusak iklim pembangunan dan demokrasi Indonesia. Ia sesumbar akan terus memantau persoalan ini. "Saya tak akan berhenti karena kerusakan akibat Nazar telah nyata. Cukuplah !" kata Fahri.