INFO NASIONAL - Olib, 35 tahun, pedagang sate maranggi di sudut perkebunan karet Desa Cirende, Kecamatan Cibatu, sekonyong-konyong ketiban pulung. Sebanyak 400 tusuk sate maranggi daging sapi yang dijualnya diborong Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi.
Sebelum memborong kuliner khas Purwakarta yang pertama kali dipopulerkan para pedagang sate maranggi di Stasiun Plered, Dedi mengobrol bersama Olib. Olib mengatakan mengolah sate maranggi dan sop sapi di rumahnya di Plered. "Setiap hari, saya pulang-pergi Plered-Cirende," kata pria berambut cepak itu.
Jarak Plered-Cirende sekitar 25 kilometer. Satu tusuk sate maranggi dibanderol Rp 1.500. Setiap hari, Olib mampu menjual sekitar 400 tusuk. Walhasil, ia mampu mengantungi uang Rp 600 ribu per hari. Biasanya, ia mulai berjualan pukul 09.00-16.00. "Laba bersih Mang Olib per hari Rp 300 ribu ya?" kata Dedi menanyakan Olib.
Sambil tersenyum, Olib menganggukan kepalanya. "Laba jualan makanan itu pasti 50 persen dari modalnya," ujar Dedi. "Muhun (iya) Kang Dedi," ucap Olib.
Dedi mengingatkan Olib agar terus meningkatkan tampilan, cita rasa, serta kebersihan sate maranggi yang dijualnya. "Sebab, sate maranggi itu sudah menjadi ikon kuliner Purwakarta yang sudah mendunia dan sudah dipatenkan. Penikmatnya pun mulai dari rakyat biasa hingga Presiden Joko Widodo," ujar Dedi. Karena itu, keberadaannya harus terjaga supaya tidak mengecewakan konsumen.
Baca juga:
Dengan nada serius, Olib mengatakan siap menjaga mutu dan rasa, termasuk penampilan sate. "Pasti," ucapnya. Sate maranggi made in Olib dibagi dalam dua macam bumbu, yakni kecap dan kacang. Tapi mayoritas pembelinya lebih suka memakai bumbu kecap, bumbu khas sate maranggi Purwakarta.
Sebanyak 400 tusuk sate maranggi, sop sapi, serta nasi timbel yang diborong Dedi kemudian dijadikan menu makan siang para staf, wartawan, dan warga yang mengikuti kegiatan promosi kesehatan program Sampurasun Dokter Desa yang baru dibesutnya. (*)