TEMPO Interaktif, Jambi:Para nelayan di Provinsi Jambi, khususnya di daerah Kecamatan Mendahara, Kabupaten Tanjungjabung Timur, dalam dua pekan terakhir kesulitan mendapatkan solar. Akibatnya, para nelayan terpaksa istirahat melaut."Sejak dua pekan terakhir kami lebih banyak menganggur dan tidak melaut, karena sulit mendapatkan solar. Kami berharap pemerintah dapat segera mengatasi masalah ini," kata Usman, 45 tahun, salah seorang nelayan Mendahara, Jumat (27/4).Biasanya nelayan setempat tidak pernah kesulitan mendapatkan solar, karena selalu tersedia di kios minyak yang ada di daerah ini seharga Rp 4.500 per liter. Namun, kini jenis bahan bakar ini kosong, jika ada pun di tingkat pengecer harganya mencapai Rp 6.000 per liter."Saya biasanya setiap hari membutuhkan solar minimal 15 liter per hari. Dengan harga Rp 4.500 per liter saja belum pasti akan mendapat untung, apalagi dengan harga mencapai Rp 6.000 per liter," ujar Andi, 37 tahun, salah seorang nelayan lainnya.Camat Mendahara, M Taher, mengakui jika kelangkaan solar di daerah ini sudah berlangsung sejak sekitar sebulan terakhir, tapi warga benar-benar kesulitan mendapatkan solar pada dua pekan terakhir.Pemerintah setempat menyatakan masih kesulitan mencari jalan keluarnya, mengingat pihak Pertamina tidak menyalurkan bahan bakar ke daerah ini. Kalau pun ada solar di kios-kios, itu bukan dari Pertamina, tapi didapat warga dari solar ilegal. "Solar yang ada di daerah ini bukan dari pasokan Pertamina, tapi dari minyak kencing," ujar Taher.Menurut pihak Depot Pertamina Jambi, mereka secara rutin menyalurkan bahan bakar minyak, termasuk jenis solar, ke setiap daerah kabupaten. Terjadinya kelangkaan ini bisa saja akibat adanya spekulan nakal.SYAIPUL BAKHORI