Masa yang tergabung dalam Jaringan Aktivis Pro Demokrasi melakukan aksi dengan membawa poster saat aksi di depan gedung KPK, Jakarta, 7 September 2017. Mereka meminta KPK tegas untuk segera menuntaskan kasus korupsi pengadaan KTP Elektronik (KTP-el) yang diduga melibatkan Ketua DPR, Setya Novanto dan anggota DPR RI. TEMPO/Eko Siswomno Toyudho
TEMPO.CO, Jakarta - Adanya usulan pembekuan Komisi Pemberantasan Korupsi oleh Panitia Khusus Hak Angket KPK, mendapat perlawanan dari para seniman. "Tanpa KPK, kita akan mengalami kegelapan. KPK lahir sebagai secercah harapan untuk rakyat," ujar vokalis band Marjinal, Mike, pada Sabtu, 9 September 2017, di Jakarta Convention Center, Jakarta Selatan.
Kartunis, Jan Praba, pun mengilustrasikan bagaimana situasi antara KPK dan Dewan Perwakilan Rakyat melalui gambar. Hadir juga Sosiawan Leak yang hadir membacakan puisinya. "Korupsi ini harus di-break down definisinya. Paling dasar adalah mencuri dan berbohong," ujarnya.
Brendan Satria yang membuat boardgame guna media pendidikan antikorupsi. "Saya percaya korupsi ini permasalahan yang harus kita lawan bersama," ucap dia.
Wacana pembekuan KPK dicetuskan oleh anggota Pansus Hak Angket KPK, Henry Yosodiningrat. Ia menuturkan wacana itu akan masuk ke rekomendasi pansus yang akan dibacakan saat rapat paripurna pada 28 September 2017. “Sementara stop KPK terlebih dulu, dan kembalikan kewenangan penyidikan ke kepolisian dan penuntutan ke kejaksaan,” kata dia.
Menurut politikus PDI Perjuangan ini, wacana pembekuan KPK mencuat karena pansus menemukan banyak pelanggaran hukum yang dilakukan oleh lembaga antirasuah tersebut. Di sisi lain, Wakil Ketua KPK Saut Situmorang menegaskan bahwa KPK tetap akan berjalan, "Percayalah, kita tidak akan mati,"