Petugas Dinas Pertanian dan Pangan memeriksa gigi sapi di Pekalongan, Jawa Tengah, 23 Agustus 2017. Pemeriksaan yang meliputi kesehatan gigi, suhu tubuh, kondisi fisik hewan tersebut untuk mengetahui kelayakan hewan kurban. ANTARA/Harviyan Perdana Putra
TEMPO.CO, Yogyakarta-Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menyumbang delapan ekor sapi kurban pada Hari Raya Idul Adha Jumat 1 September 2017. Sapi-sapi sumbangan Sultan disebar dengan rincian satu ekor untuk Masjid Gede Kauman, satu ekor untuk Puro Pakualaman dan lima ekor untuk kabupaten/kota di wilayah DIY.
“Penyerahan sapi kurban dilakukan Rabu (30 Agustus 2017) oleh Sultan Hamengku Buwono X langsung,” ujar Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Pemerintah DIY Amiarsi Harwani, Senin, 28 Agustus 2017.
Penyerahan sapi dilakukan dua hari sebelum Idul Adha dengan pertimbangan belum waktunya puasa. Selain itu bagi penerima hewan kurban masih ada kesempatan satu hari untuk memelihara. Presiden Joko Widodo juga akan menyerahkan satu ekor sapi untuk Kabupaten Bantul yang akan diterima melalui Pemerintah DIY.
Ami menuturkan sapi dari Presiden Joko Widodo yang disumbangkan untuk Kabupaten Bantul memiliki berat sekitar 850 - 900 kilogram. “Sapi-sapi yang disumbangkan untuk kurban itu semua berasal dari peternak di Kabupaten Sleman,” ujar Ami.
Kepala Sub Bagian Perindustrian dan Perdagangan Biro Administrasi Perekonomian dan Sumber Daya Alam DIY Suwarsih menuturkan jenis sapi yang dikurbankan di DIY kebanyakan peranakan sapi ongole (PO), sapi simetal, sapi limousine, sapi brahma, dan sapi madura. “Saat ini stok hewan kurban di Yogyakarta dalam kondisi surplus, tidak ada kekurangan pasokan,” ujar Suwarsih.
Adapun Kepala Seksi Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian DIY Anung Endah Suwast menambahkani pihaknya terus melakukan pemantauan selama Idul Adha untuk mewaspadai temuan kasus cacing hati pada hewan kurban yang masih ada.
“Biasanya kasus cacing hati tinggi jika ternak itu berasal dari daerah basah, sedangkan kalau dari daerah berkapur dan kering seperti di Gunung Kidul cenderung tidak ada kasus cacing hati,” ujarnya.
Anung menuturkan, idealnya ternak yang hendak dipotong untuk kurban tiga bulan sebelumnya diobati secara rutin untuk membersihkan cacing hati.