INDEF: Cukur Dana Dinas, Tunjangan dan Uang Pensiun PNS!

Reporter

Editor

Budi Riza

Sabtu, 19 Agustus 2017 17:04 WIB

Ilustrasi mata uang rupiah. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

TEMPO.CO, Jakarta -- Direktur Eksekutif Institute for Development of Ekonomics and Finance, Enny Sri Hartati, mengatakan pemerintahan Presiden Joko Widodo mesti melakukan efisiensi anggaran jika ingin mencapai target 5,4 persen pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018.


"Efisiensikan anggaran seperti belanja pegawai dan item perjalanan dinas," kata Enny, Sabtu, 19 Agustus 2017.


Baca: INDEF: RAPBN 2018 Tiket Presiden Jokowi di 2019


Menurut Enny, banyak anggaran dinas yang disisipkan di belanja barang, pegawai sampai belanja operasional. Padahal, jika diefisiensikan di sistem anggaran, ini dapat menghemat pengeluaran.


"Tapi, ini kan semuanya disisip-sisipkan. Semuanya ada perjalanan dinas," kata Enny.


Advertising
Advertising

Baca: Gubernur BI Sambut Baik Asumsi Ekonomi 2018


Selain itu, tahun depan gaji pegawai dikeluarkan per jenis, bukan per fungsi. Hal itu, kata dia, dilakukan pemerintah agar tidak terus dikritisi. Sehingga, pemerintah menyamarkan anggaran tersebut.


Selain itu, Enny memegang data anggaran 2016, yang menurutnya tidak realistis. Pada anggaran 2016, anggaran belanja langsung pengawai gaji PNS Rp 37 triliun, tunjangan PNS Rp 23 triliun dan tunjangan umum dan provesi Rp 37 triliun.


Menurutnya, tunjangan dan gaji itu bisa mendongkrak daya beli masyarakat karena ada ribuan PNS. Namun, kata dia, bandingkan dengan tunjangan khusus dan beban PNS yang mencapai Rp 51 triliun.


"Padahal, tunjangan khusus hanya diberikan kepada beberapa pejabat, yang tidak mungkin eselon 3 dan 4. Tapi, (tunjangan itu) untuk eselon 1," kata Enny. "Yang menikmati jumlah tunjangan khusus itu sedikit, tapi angkanya melebihi gaji PNS.”


Selain itu, Enny juga menyoroti besaran uang pensiun yang mencapai Rp 93 triliun. Jika uang sebesar itu untuk investasi, menurutnya, seharusnya tidak setiap tahun pemerintah menambah beban Anggaran Pendapat dan Belanja Negara.


"Sebab, dana pensiun belum jelas. Dikeluarkan sekarang, tapi pensiunya masih lama. Itu kan (waktunya) masih panjang," kata Enny.


Menurut Enny, "Kalau dana pensiun itu diinvestasikan ke sektor produktif pasti tata keuangan akan lebih efisien." Menurutnya lagi, untuk menstimulus pertumbuhan ekonomi, pemerintah mesti merestrukturisasi anggaran dengan baik. "Salah satnya perjalanan dinas yang perlu diefisiensi."


Dia menambahkan efisiensi merupakan cara terbaik dari pada menambah utang untuk membangun infrastruktur. "Untuk apa meminta menambah pengeluaran pemerintah, tapi dibayar dengan hutang, bukan dengan pajak," ujarnya.


"Ini akan membenani fiskal yang akan bertambah bukan hanya periode berikutnya, tapi sekarang."


Selain itu, Enny mencatat pada 2017 beban bunga dan cicilan hutang Indonesia telah mencapai 16,81 persen. Sementara belanja modal yang didalamnya untuk pembangunan infrastruktur baru 15,25 persen


"Artinya bahwa selama ini utang untuk infrastruktur lebih besar. Efisiensi menjadi cara untuk meningkatkan stimulus ekonomi tahun depan," kata Enny.



IMAM HAMDI


Berita terkait

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

6 hari lalu

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.

Baca Selengkapnya

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

9 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

10 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Imbas Perang Iran-Israel terhadap Ekonomi Indonesia

14 hari lalu

Imbas Perang Iran-Israel terhadap Ekonomi Indonesia

Serangan balasan Iran terhadap Israel meningkatkan eskalasi konflik di Timur Tengah. Ketegangan ini menambah beban baru bagi ekonomi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

41 hari lalu

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

Ekonom Indef, Didin S. Damanhuri sangat prihatin atas dugaan korupsi yang terendus di lingkaran LPEI. Padahal, kata dia, ekspor adalah andalan pemerintahan Jokowi

Baca Selengkapnya

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

42 hari lalu

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

Kebijakan PPN di Tanah Air diatur dalam Undang-Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).

Baca Selengkapnya

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

42 hari lalu

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus membandingkan besaran tarif PPN di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

42 hari lalu

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

Indef menyatakan penjual akan reaktif terhadap kenaikan PPN.

Baca Selengkapnya

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

43 hari lalu

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

Indef membeberkan dampak kenaikan pajak pertabambahan nilai atau PPN menjadi 12 persen.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

55 hari lalu

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti mengungkapkan kriteria ideal Menkeu seperti apa yang dibutuhkan oleh Indonesia di masa mendatang.

Baca Selengkapnya