17 Agustus, Ada Sekolah Gratis Calon Programmer di Yogyakarta

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Jumat, 18 Agustus 2017 11:45 WIB

Wanita 29 tahun yang merupakan pembuat aplikasi Go-Jek, Alamanda Shantika Santoso saat ditemui di JIExpo Kemayoran, Jakarta, 10 Agustus 2017. Alamanda keluar dari Go-Jek guna mewujudkan mimpinya untuk bangun sekolah dan menjadi Menteri. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Di Hari Kemerdekaan Indonesia ke-72, Tempo memilih sejumlah tokoh muda yang berkiprah di berbagai bidang. Alamanda Shantika, 29 tahun, adalah salah satunya. Perempuan yang pernah menjabat Vice President of Technology Product Go-Jek ini memilih jalan sendiri dengan mencetak programmer melalui sekolah Binar. Baca: Tokoh 17 Agustus: Dulu Hobi Kini Rezeki di Tim Balap F1

Pada Maret 2017, Alamanda atau biasa disapa Ala mendirikan Binar, sebuah sekolah programming di Jalan Damai Nomor 89, Sariharjo, Ngaglik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Jika sekolah programmer biasanya mematok tarif sampai jutaan, Binar menawarkan kursus bagi yang berminat secara cuma-cuma alias gratis.

Alamanda mengatakan Binar bertujuan menetaskan programmer andal. Menurut dia, Indonesia saat ini kekurangan programmer. Alamanda mencontohkan, pada 2014 saat bekerja di Go-Jek, dia kesulitan mencari programmer untuk iOS—sistem operasi Apple. "Waktu saya bangun Go-Jek, nyari iOS engineer langka banget. Sampai harus ajarin lagi selama dua bulan," kata Ala, sapaan Alamanda.

Keluar dari Go-Jek, ia pun mendirikan Binar dari koceknya sendiri. Kota Pelajar dipilih Ala agar pendidikan teknologi informasi dapat dirasakan di daerah. "Supaya enggak semua berpusat di Jakarta. Kami ingin gedein startup di kota lain, dan imbasnya ekonomi daerah meningkat," ujar perempuan yang bercita-cita menjadi menteri pendidikan, ini. Baca juga: Tokoh 17 Agustus: Shinatria, Arkeolog Penemu Kapal Selam Nazi



Angkatan pertama, dari 600 pelamar, sebanyak 60 orang lolos seleksi logika dan dapat beasiswa untuk belajar cuma-cuma. Setelah lulus, headhunter yang dikelola lembaga itu akan mempertemukan mereka dengan startup yang sedang mencari programmer. "Di situ saya cari uang. Kami charge 20 persen dari gaji mereka ke startup. Kalau pendidikannya enggak," kata Ala.

Seorang murid Binar, Bernadetta Dyani Kusumadewi, 26 tahun, sudah bekerja di Oy! Indonesia—salah satu partner Binar dalam headhunter dan pengembangan talenta pekerja. Dyani bekerja di sana sebagai quality assurance sejak awal Juli lalu. "Setelah bekerja, saya masih bisa belajar di Binar," ujar lulusan pendidikan bahasa Inggris Sanata Darma, Yogyakarta, ini.

Ala menargetkan, selama setahun ke depan, Binar mampu melatih setidaknya 2.000 calon programmer. Dia ingin Binar ada di seluruh wilayah Indonesia agar pendidikan teknologi dapat dirasakan semua orang. "Sekarang perkembangan sudah cepat. Kita sudah ketinggalan, apalagi menghadapi 2045. Jadi semua harus dipersiapkan," katanya.

Pengamat teknologi informasi Onno W. Purbo membenarkan Indonesia kekurangan programmer. Menurut dia, hal itu terjadi karena kebanyakan dosen mengajar teori, bukan praktik. "Harusnya pemerintah merangkul lembaga seperti Binar untuk mengubah kurikulum. Yang dilakukan Binar ini 'gila'," katanya. Artikel lainnya: Tokoh 17 Agustus, Gamer Muhammad Rizky: Jangan Lupakan Sekolah

DEVY ERNIS

Berita terkait

Gerakan Makan Berkah Bantu Pasien Covid-19 yang Harus Isoman di Tangsel

14 Agustus 2021

Gerakan Makan Berkah Bantu Pasien Covid-19 yang Harus Isoman di Tangsel

gerakan Makkah sudah memiliki empat dapur di Tangerang Selatan untuk membagikan makanan gratis setiap hari bagi pasien Covid-19 yang sedang isoman.

Baca Selengkapnya

Usai Upacara, Sri Mulyani Ikut Flash Mob dengan Pegawai Kemenkeu

17 Agustus 2019

Usai Upacara, Sri Mulyani Ikut Flash Mob dengan Pegawai Kemenkeu

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ikut menari dalam flash mob yang diinisiasi oleh sejumlah pegawai Kementerian Keuangan.

Baca Selengkapnya

Tokoh 17 Agustus: Kantong Pekerja Lepas Ryan Gondokusumo

21 Agustus 2017

Tokoh 17 Agustus: Kantong Pekerja Lepas Ryan Gondokusumo

Ryan Gondokusumo berhasil mengembangkan situs penyedia jasa desain menjadi platform yang mewadahi ribuan pekerja lepas dalam waktu tiga tahun.

Baca Selengkapnya

Tokoh 17 Agustus: Prasetyo Andy Mewujudkan Konsep Smart City

21 Agustus 2017

Tokoh 17 Agustus: Prasetyo Andy Mewujudkan Konsep Smart City

Prasetyo Andy Wicaksono menerapkan aplikasi digital Qlue Jakarta Smart City untuk memecahkan masalah perkotaan.

Baca Selengkapnya

Tokoh 17 Agustus: Firdaus Putra Aditama dan Koperasi Modern

20 Agustus 2017

Tokoh 17 Agustus: Firdaus Putra Aditama dan Koperasi Modern

Tokoh 17 Agustus Koran Tempo salah satunya adalah Firdaus Putra Aditama, 32 tahun.

Baca Selengkapnya

Tokoh 17 Agustus: Sulfahri, Kepincut Listrik Alga

20 Agustus 2017

Tokoh 17 Agustus: Sulfahri, Kepincut Listrik Alga

Sulfahri, 28 tahun, terpilih menjadi tokoh 17 Agustus Koran Tempo.

Baca Selengkapnya

Tokoh 17 Agustus: Ricky Elson, Setrum Murah untuk Rakyat

20 Agustus 2017

Tokoh 17 Agustus: Ricky Elson, Setrum Murah untuk Rakyat

Ricky Elson, adalah salah satu tokoh edisi khusus Tempo Hari
Kemerdekaan 17 Agustus 2017.

Baca Selengkapnya

Tokoh 17 Agustus, Mizan Bustanul Pembuat Kurikulum Anti Bencana

20 Agustus 2017

Tokoh 17 Agustus, Mizan Bustanul Pembuat Kurikulum Anti Bencana

Dalam memperingati hari proklamasi 17 Agustus, redaksi Tempo
menampilkan tokoh edisi khusus. Salah satunya adalah Mizan
Bustranul Fuady Bisri.

Baca Selengkapnya

Tokoh 17 Agustus: Ratih Pangestuti, Mengail Obat dari Lautan

19 Agustus 2017

Tokoh 17 Agustus: Ratih Pangestuti, Mengail Obat dari Lautan

Ratih pangestuti, tokoh 17 Agustus di bidang kesehatan pilihan Koran Tempo, meneliti biota laut untuk mencari bahan baku obat.

Baca Selengkapnya

Tokoh 17 Agustus: Solusi Gamal Albinsaid Mengatasi Biaya Medis

19 Agustus 2017

Tokoh 17 Agustus: Solusi Gamal Albinsaid Mengatasi Biaya Medis

Melalui asuransi sampah, Gamal Albinsaid, tokoh 17 Agustus pilihan Koran tempo, membantu pelayanan kesehatan sekaligus menjaga kebersihan lingkungan.

Baca Selengkapnya