HUT RI ke-72, Ormas Katolik Ingatkan Pentingnya Spirit Pancasila
Editor
Hermien Y. Kleden
Jumat, 18 Agustus 2017 08:06 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Presidium Pusat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) Hargo Mandirahardjo mengatakan, pentingnya menerapkan spirit Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pesan itu disampaikan Hargo berkaitan dengan HUT RI ke-72 yang berkangsung Kamis, 17 Agustus 2017.
Ketua ISKA bersama pimpinan sejumlah ormas mengeluarkan pernyataan bersama tentang pentingnya falsafah Pancasila dan konsep Bhinneka Tunggal Ika. Seruan ini didukung ormas Presidium Ikatan Sarjana Katolik Indonesia, Dewan Pengurus Pusat Wanita Katolik Republik Indonesia, Pengurus Pusat Pemuda Katolik, Presidium Perhimpunan Mahasiswa Katolik Indonesia serta Forum Masyarakat Katolik Indonesia.
Menurut Hargo, saat ini bangsa Indonesia menghadapi kelompok yang berupaya melumpuhkan Pancasila, yang telah 72 tahun menyangga kemerdekaan. Sejumlah organisasi yang bersikap intoleran tersebut terus menyebarkan ideologi anti-Pancasila. "Tujuannya menggeser dasar serta falsafah negara kita. Kondisi ini berkelindan dengan rupa-rupa kasus seperti korupsi, penyalahgunaan narkoba, terorisme, dan masalah kemiskinan," kata Hargo kepada Tempo pada Jumat pagi, 18 Agustus 2017.
Ormas Katolik, kata Hargo, menyerukan perayaan kemerdekaan yang penuh dengan kegembiraan ini harus menguatkan komitmen berbangsa yang menjunjung tinggi perbedaan. "Pancasila tak akan berbunyi bila hanya menjadi mantra tanpa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari."
Hargo mencontohkan peran ISKA menggerakkan remaja Indonesia melalui aktivitas sekolah kebangsaan. Lebih dari seribu remaja dari berbagai sekolah di Jakarta dan Palembang mendapat pelatihan mencintai dan membela negara. “Ini salah satu kontribusi ISKA di HUT RI,” ujar Hargo.
Pada pekan lalu, Prasetyo Nurharjanto, salah satu anggota Presidium Pusat ISKA, ambil bagian dalam sarasehan kebangsaan melibatkan 700 remaja SMP dan SMA di Palembang, Sumatera Selatan. Prasetyo menyerukan pentingnya mencintai dan membela negara, salah satu cara termudah adalah melalui belajar beroganisasi.
Alumnus pendidikan Lemhamnas ini menjelaskan, Indonesia lahir sebagai bangsa heterogen. Sejarah mencatat bahwa Hindu, Cina, Arab dan Eropa turut mewarnai sejarah bangsa. Kebhinekaan adalah keniscayaan sekaligus warisan yang tidak boleh dinodai dengan kegiatan-kegiatan intoleransi ,” katanya.
Pada pekan lalu juga, Konferensi Waligereja Indonesia menggelar Konferensi Nasional Umat Katolik Indonesia bertajuk Revitalisasi Pancasila. Konferensi itu bertujuan membangun kesadaran kolektif bangsa Indonesia bahwa Pancasila dan keadilan sosial harus kembali menjadi tujuan pembangunan. HUT RI ke-72 layak dimaknai sebagai momentum bagi seluruh rakyat Indonesia untuk kembali memelihara api Pancasila sebagai sumber spirit kemerdekaan.
HERMIEN Y. KLEDEN