Pemerintah Akan Mengatur Iklan Susu Formula untuk Bayi, Sebab...

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

Rabu, 9 Agustus 2017 10:16 WIB

Front Page Cantik. Rambu Iklan Susu. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta -Pemerintah sedang menyiapkan aturan tentang pengendalian promosi susu formula untuk bayi usia 0-2 tahun. Kepala Subdirektorat Bina Kewaspadaan Gizi Kementerian Kesehatan, Galopong Sianturi, mengatakan rancangan aturan setingkat peraturan pemerintah itu sudah berada di kantor Presiden Joko Widodo.

“Ini di tahap harmonisasi antarmenteri,” kata Galopong dalam acara bertema “Susu Sebagai Sumber Nutrisi yang Terjangkau dan Pendorong Pemberdayaan UMKM” di Ritz-Carlton, Pacific Place, Jakarta, Selasa, 8 Agustus 2017.
Baca : Menyusui Kurangi Risiko Serangan Jantung dan Stroke


Instansi yang membahas aturan ini adalah Kementerian Kesehatan, Kementerian Industri, Kementerian Perdagangan, serta Badan Pengawas Obat dan Makanan. Galopong mengungkapkan, Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa mengikuti kesepakatan Badan Kesehatan Dunia (WHO), yang tahun lalu menganjurkan pengendalian iklan susu formula untuk bayi usia 0-3 tahun.

“Di Indonesia ada keberatan bila sampai 3 tahun. Kemungkinan kesepakatan para pihak pengendaliannya sampai 2 tahun saja,” ucapnya.


Menurut Galopong, pengendalian iklan itu dilakukan untuk mengedepankan pemberian air susu ibu (ASI) hingga anak berusia 2 tahun.

Galopong menyatakan mendapati sejumlah bentuk promosi yang selama ini menyimpang. Salah satunya adalah pemberian susu formula gratis kepada para ibu yang baru melahirkan.

Pemerintah khawatir para ibu yang belum mengetahui pentingnya ASI akan langsung memberi susu formula kepada si bayi. “Ini promosi terselubung namanya,” katanya.


Pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan menjadi prioritas pemerintah saat ini. Baru 40 persen ibu yang memberikan ASI eksklusif. Padahal Indonesia sedang mengalami beban ganda masalah gizi.

Ada anak yang kekurangan gizi, kelebihan gizi, juga stunting atau masalah gizi yang membuat pertumbuhan otak dan fisik terhambat.


Peneliti dari McGill University, Micahel Kramer, pun mengungkapkan bahwa pemberian ASI eksklusif bisa menurunkan risiko obesitas hingga 15 persen.

ASI memiliki kandungan asam lemak tak jenuh rantai panjang yang lebih tinggi ketimbang susu formula. Penanganan masalah gizi, terutama stunting, pun menjadi salah satu prioritas pemerintah.
Simak juga : Begini Cara Sandiaga Uno Menggenjot Capaian ASI Eksklusif di DKI


Advertising
Advertising

Mulai tahun depan akan ada 100 kabupaten dan kota yang diintervensi secara langsung untuk menangani masalah stunting. Salah satunya dengan mengetatkan pemberian ASI.


Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia, Adhi S. Lukman, menyarankan agar pemerintah mengkaji kembali rencana pembuatan aturan itu. Ia berharap pemerintah tak terlalu membatasi pengusaha dengan banyak regulasi. Ia khawatir larangan itu justru menghambat pemenuhan gizi bayi.

Pemerintah juga disarankan menggaet asosiasi pengusaha makanan untuk mendorong kampanye ASI eksklusif. “Saat ini sudah banyak pengusaha yang mendukung pemenuhan ASI eksklusif itu,” kata Adhi lagi.


DINI PRAMITA | MITRA TARIGAN

Berita terkait

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

3 hari lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

6 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

8 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

12 hari lalu

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.

Baca Selengkapnya

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

12 hari lalu

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.

Baca Selengkapnya

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

22 hari lalu

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.

Baca Selengkapnya

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

39 hari lalu

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

40 hari lalu

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

Banyak rumah sakit penuh sehingga pasien tidak tertampung. Masyarakat miskin kesulitan akses pelayanan kesehatan.

Baca Selengkapnya

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

59 hari lalu

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

Dalam pengukuhan Guru Besar FKUI, Sandra Widaty mendorong strategi memberantas skabies. Penyakit menular yang terabaikan karena dianggap lazim.

Baca Selengkapnya

Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

31 Januari 2024

Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

Masih ada sejumlah penyakit tropis terabaikan yang belum hilang dari Indonesia sampai saat ini. Perkembangan medis domestik diragukan.

Baca Selengkapnya