Ketua KPAI Tasikmalaya Tampung Keluarga Korban Kekerasan ke Anak

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

Senin, 24 Juli 2017 10:30 WIB

Ilustrasi kekerasan terhadap anak. TEMPO/Ary Setiawan

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto mengaku merasa cemas dengan maraknya kasus kekerasan seksual terhadap anak di daerahnya.

"Butuh upaya-upaya preventif. Sebab, apa yang kita pikir tidak mungkin terjadi, nyatanya mungkin dan bahkan terjadi. Ini bahaya secara sosial dan moral," katanya saat dikonfirmasi, Senin, 24 Juli 2017.

Kasus yang membuatnya prihatin terjadi di daerah Taraju. Di sana, kata Ato, ada bapak yang menggauli anak kandungnya hingga hamil dan melahirkan empat orang anak. Dua dari empat anak itu pun digauli bapak tersebut. "Ini sangat biadab. Nyatanya, ini terjadi di Kabupaten Tasikmalaya," ujarnya.

Baca : KPAI: Ada Lebih dari 8.200 Kasus Anak Berhadapan dengan Hukum

Kasus itu masih ditangani KPAI Tasikmalaya. Bahkan anggota KPAI mengamankan keluarga korban ke rumah pribadi milik Ato. Ada sekitar enam orang dari keluarga korban yang kini berada di rumah ketua KPAI itu.

"Keluarga ini merasa terancam oleh pelaku. Bahkan rumah yang mereka tempati pernah dilempar batu oleh seseorang. Mereka sudah tidak nyaman di rumah sendiri dan meminta perlindungan kami," ucapnya.

Keluarga korban ditampung di rumah Ato karena KPAI Tasikmalaya belum memiliki shelter atau tempat penampungan korban kekerasan. Ato dan anggota KPAI harus berjuang keras untuk memenuhi biaya hidup sehari-hari keluarga itu selama tinggal di rumahnya.

Tingkat kekerasan seksual terhadap anak di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, tertinggi se-Priangan Timur. Dalam tiga bulan saja, sejak April 2017, sudah ada 13 kasus kekerasan seksual terhadap anak.

"Kabupaten Tasikmalaya belum ada shelter. Sedangkan mereka butuh dilindungi hak-haknya. Butuh dipulihkan kejiwaannya. Butuh dibangkitkan kepercayaan dirinya," tuturnya.

Simak: Heboh Video Kekerasan: Jangan Biarkan Anak Menontonnya


Ato mengakui pembangunan shelter cukup mahal. Namun, kata dia, ketiadaan shelter bisa disiasati. "Di kita (Tasikmalaya), banyak pondok pesantren. Kita bisa kerja sama dengan pondok pesantren yang berbasis wilayah. Tinggal pemerintah daerah menyiapkan biaya hidup dan sekolah anak (korban) tersebut minimal hingga usia 18 tahun sesuai dengan undang-undang," katanya.

Adapun terkait dengan kekerasan terhadap anak, N, 27 tahun, korban pencabulan oleh bapaknya, mengaku digauli selama 17 tahun. Dari hasil kelakuan bejat itu, dia melahirkan empat anak. "Saya minta (pelaku) dihukum lama sesuai dengan perbuatannya," tutur N saat ditemui di rumah Ato.

CANDRA NUGRAHA



Kematian seolah-olah **menjadi momok menakutkan** bagi makhluk hidup di dunia ini, khususnya manusia. Padahal kita semua tahu bahwa sesuatu yang bernyawa pasti akan mati. Apalagi, kita tidak mengetahui kapan ajal akan datang menjemput nyawa.



Banyak orang yang mengatakan bahwa jarak antara kita dengan kematian **cuma sejengkal**. Pernyataan tersebut sebenarnya tidak salah karena kita bisa mati kapan dan di mana saja, bahkan karena hal sepele berikut ini.



**1.Tergelincir di kamar mandi**



![tempat sepele yang mematikan](https://assets.babe.news/assets/cache/0/0//gallery/22ff28d17967886b1505770423e79a2d/2017/06/29/wetroom-mobility.jpeg)



Sumber: _wetroomsdesign.co.uk_



Ternyata kamar mandi bisa **menjadi tempat paling mematikan**. Bahkan, _New York Times_ pun berpendapat seperti itu. Kecelakaan yang bisa terjadi, misalnya, tergelincir di kamar mandi. Jangan pernah menyepelekan kecelakaan ini. Sebab, jika yang jatuh kepala duluan, kita bisa langsung meninggal di tempat.



**2. Alergi**



![allergy-symptons](https://assets.babe.news/assets/cache/0/0//gallery/22ff28d17967886b1505770423e79a2d/2017/06/29/allergy-symptons.jpeg)



Sumber: _acaai.org_



Alergi sebenarnya adalah suatu respons abnormal dari tubuh terhadap suatu benda tertentu. Namun, **jangan anggap remeh alergi**. Sebab, ternyata alergi bisa menyebabkan kematian. Salah satu contoh kasusnya adalah meninggalnya gadis di Amerika Serikat akibat alergi kacang. Seperti dilansir _CBS News_, gadis bernama Natalie Giorgi itu meninggal pada 27 Juli 2013 lalu.



**3. Tertawa**



![best-toothbrush-2](https://assets.babe.news/assets/cache/0/0//gallery/22ff28d17967886b1505770423e79a2d/2017/06/29/best-toothbrush-2.jpeg)



Sumber: _mfirsthome.com_



Siapa sangka bahwa hal paling sepele ini dapat menimbulkan kematian. Salah satu korbannya adalah seorang warga negara Denmark bernama Ole Bentzen. **Dia meninggal akibat tertawa terbahak-bahak** setelah menonton film yang berjudul _A Fish Called Wanda_.



Banner: _amarujala.com_


Berita terkait

Manfaatkan Libur Idul Fitri untuk Pengasuhan Maksimal Anak

22 hari lalu

Manfaatkan Libur Idul Fitri untuk Pengasuhan Maksimal Anak

KPAI meminta orang tua memanfaatkan momen libur Idul Fitri untuk memaksimalkan peran pengasuhan yang terbaik bagi anak.

Baca Selengkapnya

Pelaku Kekerasan Anak Biasanya Punya Gangguan Mental

27 hari lalu

Pelaku Kekerasan Anak Biasanya Punya Gangguan Mental

Psikolog menyebut para pelaku kekerasan anak cenderung memiliki gangguan kesehatan mental dan biasanya orang terdekat.

Baca Selengkapnya

Cegah Perang Sarung dengan Mendorong Partisipasi Anak di Kegiatan Ramadan

45 hari lalu

Cegah Perang Sarung dengan Mendorong Partisipasi Anak di Kegiatan Ramadan

KPAI menyarankan partisipasi anak dalam berbagai kegiatan Ramadan demi mencegah terjadinya kekerasan yang melibatkan anak, seperti perang sarung.

Baca Selengkapnya

Marak Perang Sarung, KPAI Imbau Pesantren hingga Ormas Bantu Arahkan Kegiatan Anak selama Ramadan

46 hari lalu

Marak Perang Sarung, KPAI Imbau Pesantren hingga Ormas Bantu Arahkan Kegiatan Anak selama Ramadan

KPAI mengimbau pelbagai lembaga keagamaan, seperti pesantren, lembaga zakat, dan ormas Islam, membantu mengarahkan kegiatan anak selama Ramadan.

Baca Selengkapnya

KPAI Terima 141 Aduan Kekerasan Anak Sepanjang Awal 2024, 35 Persen Terjadi di Sekolah

51 hari lalu

KPAI Terima 141 Aduan Kekerasan Anak Sepanjang Awal 2024, 35 Persen Terjadi di Sekolah

Sepanjang awal 2024, KPAI mencatat ada 46 kasus anak mengakhiri hidup akibat kekerasan anak, yang hampir separuhnya terjadi di satuan pendidikan.

Baca Selengkapnya

Marak Kekerasan Anak di Sekolah, KPAI Dorong Percepatan Pembentukan Satgas Daerah dan Tim PPKSP

52 hari lalu

Marak Kekerasan Anak di Sekolah, KPAI Dorong Percepatan Pembentukan Satgas Daerah dan Tim PPKSP

KPAI meminta segera dibentuk Satgas Daerah dan Tim Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan (PPKSP).

Baca Selengkapnya

Ibu Bunuh Anak di Bekasi, KPAI Harap Proses Hukum Tetap Berjalan

54 hari lalu

Ibu Bunuh Anak di Bekasi, KPAI Harap Proses Hukum Tetap Berjalan

Polisi tetapkan ibu kandung bunuh anaknya sendiri di Bekasi sebagai tersangka. KPAI mengambil tindakan cepat.

Baca Selengkapnya

Ibu Bunuh Anak di Bekasi karena Bisikan Gaib, KPAI Minta Gangguan Kejiwaan Jangan Dianggap Aib

54 hari lalu

Ibu Bunuh Anak di Bekasi karena Bisikan Gaib, KPAI Minta Gangguan Kejiwaan Jangan Dianggap Aib

Kasus ibu bunuh anak di Bekasi menambah catatan anak menjadi korban saat diasuh orang dengan gangguan kejiwaan

Baca Selengkapnya

Reaksi Kemenag, KPAI, dan PPPA soal Kasus Dugaan Penganiayaan Santri di Kediri

1 Maret 2024

Reaksi Kemenag, KPAI, dan PPPA soal Kasus Dugaan Penganiayaan Santri di Kediri

Kasus dugaan penganiayaan santri di sebuah pondok pesantren di Kediri, Jawa Timur, menuai reaksi dari Kemenag, KPAI, dan PPPA. Apa reaksi mereka?

Baca Selengkapnya

KPAI Akan Lakukan Pengawasan ke Kediri untuk Pastikan Pemenuhan Hak Keluarga Korban Santri yang Tewas Dianiaya Temannya

29 Februari 2024

KPAI Akan Lakukan Pengawasan ke Kediri untuk Pastikan Pemenuhan Hak Keluarga Korban Santri yang Tewas Dianiaya Temannya

KPAI akan melakukan pengawasan ke Kediri bersama tim untuk memastikan perlindungan dan pemenuhan hak anak dalam kasus ini.

Baca Selengkapnya