Presiden RI, Joko Widodo menyampaikan pidatonya saat menghadiri Kajian Ramadhan yang diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur di hall Dome Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur 3 Juni 2017. Dalam pidatonya, Jokowi menghimbau agar Muhammadiyah bersama-sama membawa rakyat kepada kegiatan yang positif.TEMPO/Aris Novia Hidayat
TEMPO.CO, Yogyakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi dijadwalkan menghadiri acara ground breaking atau peletakan batu pertama pembangunan Museum Muhammadiyah di komplek kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD) di Yogyakarta, Sabtu, 22 Juli 2017. Jokowi akan didampingi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Effendy dan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Haedar Nasir.
“Pihak protokol (kepresidenan) sudah menghubungi Pak Haedar. Sepertinya sudah kasih green light,” kata Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah Muchlas saat ditemui Tempo di depan lokasi lahan calon Museum Muhammadiyah di jalur lingkar selatan Yogyakarta, Jumat, 21 Juli 2017, merespons rencaan kehadiran Presiden Jokowi.
Ide pembangunan museum tersebut, Muchlas menjelaskan, sudah digagas pimpinan Muhammadiyah sekitar 2-3 periode lalu atau sekitar 15 tahun lalu. “Biar menjadi pusat dokumentasi dan informasi tentang riwayat Muhammadiyah,” kata Muchlas.
Mengingat dokumentasi tertulis maupun artefak tentang riwayat gerakan Persyarikatan Muhammadiyah berserak di mana-mana. Seperti dokumen tentang teologi Al Maun, yaitu keyakinan bahwa amal usaha bisa mengentaskan masyarakat dati kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan. Juga catatan keputusan rapat Perserikatan Muhammadiyah pada 1923.
“Nanti kami juga akan mem-foto copy dokumentasi yang disimpan di ANRI (Museum Arsip Nasional RI),” kata Muchlas.
Sedangkan untuk artefak yang berujud bangunan fisik dinilai sudah banyak yang hilang. Informasi yang disampaikan kepada masyarakat berupa display visual. “Isi museum lebih banyak informasi. Artefaknya memang sedikit. Itu repotnya (membangun museum),” kata Muchlas.
Sedangkan keberadaan Musala Ahmad Dahlan dan museum kecil di bawah mushola serta perkampungan di Kauman, Yogyakarta yang menjadi cikal bakal Persyarikatan Muhammadiyah itu akan diintegrasikan dengan Museum Muhammadiyah. Kawasan Kauman itu direnacanakan akan menjadi eko-musuem.
Sementara bangunan yang direncanakan berlantai lima itu akan berdiri di atas lahan seluas sekitar satu hektare. Proses pembangunan fisik akan dimulai pada April 2018 mendatang dengan pembiayaan dari Kemendikbud. Menurut Rektor UAD Kasiyarno, besaran dana yang dibutuhkan sekitar Rp 70 miliar. Sedangkan pengelolaannya diserahkan UAD yang juga merupakan aset Muhamadiyah di bidang pendidikan.
“Sebagai perguruan tinggi, keberadaan museum semakin melengkapi,” kata Kasiyarno. Lantaran selain untuk masyarakat umum, keberadaan Museum Muhammadiyah yang peletakan batu pertamanya dilakukan Presiden Jokowi tersebut nantinya juga untuk memudahkan para peneliti yang membutuhkan data di sana.