Illustrasi demonstrasi menuntut pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). ANTARA/Agus Bebeng
TEMPO.CO, Yogyakarta - Para mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta menolak masuknya ajaran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) ke kampus mereka. Organisasi yang akan dibubarkan pemerintah itu diduga banyak melakukan aktivitas di dalam kampus. Bahkan ada indikasi dua dosen di perguruan tinggi seni itu terlibat aktif dalam organisasi ini.
Ratusan mahasiswa dan alumni menggelar unjuk rasa di gedung rektorat kampus, Senin, 22 Mei 2017. Diawali dengan upacara bendera, mereka menuntut supaya pihak kampus memproses keterlibatan dosen yang diduga aktif menyebarkan ajaran khilafah di kampus.
“ISI harus bersih dari paham yang bertetangan dengan kebhinekaan, organisasi yang tidak berdasar pancasila,” kata Yoyok Suryo, koordinator aksi.
Unjuk rasa menolak HTI di kampus ISI juga pernah dilakukan mahasiswa pada tahun lalu. Keprihatinan para mahasiswa itu bukan tidak beralasan. Karena paham HTI sudah merasuki dan mempengaruhi mahasiswa seni yang salah satunya melarang melukis makhluk bernyawa.
Para mahasiswa dan alumni ISI membentangkan spanduk bertuliskan "ISI Tolak HTI". Mereka juga memakai masker yang ditempeli stiker burung garuda dan bertulisakan "Tolak HTI."
Yoyok menuturkan ajaran khilafah yang dibawa oleh HTI ke dalam lembaga ISI jelas bertentangan dengan prinsip kampus. Jika dosen terlibat maka diproses sesuai ketentuan kepegawaian. “ISI harus melarang HTI di kampus, tidak ada alasan lagi,” kata dia.
Dosen yang diduga kuat mengajarkan paham HTI, kata Yoyok, menyisipkan ajaran di sela-sela mengajar bidang yang diampu kepada mahasiswa. Apalagi, sudah ada alasan untuk menyingkirkan orang-orang penyebar ajaran yang bertentangan dengan pancasila di kampus karena organisasi itu juga akan dibubarkan oleh pemerintah. “Kami tidak memusuhi Islam, tapi kami tidak setuju HTI yang menentang pancasila,” kata dia.
Aksi yang diberi tajuk Abunawas atau Aksi Budaya Nusantara Waspada ini menanyakan kepada pihak rektorat soal keterlibatan dosen mereka di kelompok HTI. Bahkan salah satunya diduga merupakan dedengkot HTI.
Salah satu alumnus ISI, Kus Endarto menyatakan, penyebaran ajaran HTI di kampus tidak secara frontal. Tetapi sebagai pegawai negeri yang disumpah dengan dasar pancasila maka harus tunduk kepada negara. Bukan justru menentang sumpahnya sendiri. “Kalau menolak pancasila maka hatus hengkang dati ISI,” kata Kus.
HTI sendiri sudah dilarang di banyak negara. Ìndonesia, kata dia, terlambat jika tidak melarang penyebaran ajaran khilafah di negeri pancasila ini. Bahkan negara yang mayoritas penduduknya muslim juga banyak yang melarang.
Wakil Rektor III ISI Anusapati mengatakan sejak ada aksi penolakan HTI tahun lalu piahak rektorat sudah menutup akses penyebaran ajaran organisasi itu. Contohnya mengganti pengurus masjid kampus yang dulu didominasi oleh orang HTI. Selain itu juga membekukan kegiatan mahasiswa yang disusupi oleh ajaran ini. “Untuk dosen dalam pengawasan kami,” kata dia.
Enam Orang Aksi Depan Mabes Polri Minta Listyo Sigit Evaluasi Dirintelkam Polda Metro Jaya dan Kasat Intel Polres Jaktim soal Izin Metamorfoshow di TMII
8 Maret 2024
Enam Orang Aksi Depan Mabes Polri Minta Listyo Sigit Evaluasi Dirintelkam Polda Metro Jaya dan Kasat Intel Polres Jaktim soal Izin Metamorfoshow di TMII
Enam orang itu meminta Kapolri usut izin acara Metamorfoshow di TMII yang diduga bagian dari HTI.