Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah, memberikan keterangan pers di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, 29 April 2016. Ia mengadukan Sohibul Iman, Surahman Hidayat, dan Hidayat Nur Wahid ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD). TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Makasar - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Fahri Hamzah mengomentari soal rencana pemerintah membubarkan organisasi masyarakat Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Terkait rencana tersebut, menurut dia, pemerintah harus berpikir luas dan memiliki kemampuan, jangan sampai terkesan ingin berperang dengan rakyatnya sendiri.
"Harusnya ketemu, ngobrol dulu, jangan sepihak. Ini enggak ada peringatan tiba-tiba dibubarkan, itu tak sesuai prosedur dan kekanak-kanakan," ucap Fahri Hamzah di Kantor Gubernur Sulawesi Selatan, Jumat 12 Mei 2017.
Fahri menjelaskan bahwa pembubaran kelompok atau ormas itu ada prosedur dan metode hukumnya. Apalagi, lanjut Fahri, pemerintah belum tentu memahami HTI tersebut. "Enggak boleh memaksakan kehendak dan sok tegas."
Dia menduga rencana pemerintah membubarkan HTI ini karena ada tekanan pihak di belakang layar. "Tapi kita enggak tahu siapa yang menekan. Kalau begini semua bisa dibubarkan," ucap dia.
Karena itu, Fahri menegaskan bahwa pihaknya akan diskusikan dengan pemerintah terkait bagaimana cara menghadapi ormas-ormas. Ia menekankan, pemerintah harus memiliki jiwa yang lapang supaya bisa menghadapi dinamika masyarakat Indonesia yang semakin merdeka. "Yang boleh dilakukan pemerintah adalah menindak kriminalitas," tuturnya.
Enam Orang Aksi Depan Mabes Polri Minta Listyo Sigit Evaluasi Dirintelkam Polda Metro Jaya dan Kasat Intel Polres Jaktim soal Izin Metamorfoshow di TMII
54 hari lalu
Enam Orang Aksi Depan Mabes Polri Minta Listyo Sigit Evaluasi Dirintelkam Polda Metro Jaya dan Kasat Intel Polres Jaktim soal Izin Metamorfoshow di TMII
Enam orang itu meminta Kapolri usut izin acara Metamorfoshow di TMII yang diduga bagian dari HTI.