Massa Pemuda Pancasila Bubarkan Pameran Bertema Wiji Thukul

Reporter

Senin, 8 Mei 2017 23:01 WIB

Pengunjung menunggu waktu pemutaran film saat nonton bersama film "Istirahatlah Kata-kata" di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 22 Jnauari 2017. Film ini mengangkat pelarian aktivis Wiji Thukul pada tahun 1997-1998, serta sajak-sajak karya Wiji Thukul. ANTARA/Yudhi Mahatma

TEMPO.CO, Yogyakarta – Organisasi massa Pemuda Pancasila membubarkan pameran seni rupa bertema “Aku Masih Utuh dan Kata-Kata Belum Binasa” karya Andreas Iswinarto di Kantor Pusat Studi Hak Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia (Pusham UII) Yogyakarta, Senin 8 Mei 2017 siang.

Pameran itu mengangkat kembali puisi Wiji Thukul, sastrawan dan aktivis hak asasi manusia yang hilang pada reformasi 1998. Selain memajang puisi Wiji, Andreas menambahkan karya drawing miliknya sebagai citraan visual. Total, ada 35 karya drawing Andreas dalam pameran itu. “Wiji Thukul tak boleh ada di Yogya,” teriak Abdul Ghani, pimpinan massa Pemuda Pancasila.

Baca: Bikin Penasaran, Film Wiji Thukul Laris Manis di Malang

Staf Bidang Program Pusham UII Tri Guntur Narwaya mencoba menjelaskan pameran ketika belasan massa merusak karya Andreas. Mereka menurunkan karya Andreas yang terpajang di dinding parkiran Pusham UII, tempat pameran. Massa juga mendorong tubuh Andreas yang berusaha mempertahankan karyanya. “Wiji Thukul itu PKI,” kata Ghani sembari mendorong mundur tubuh Guntur.

Ghani mengancam, selama ada acara bertema Wiji Thukul, ia tak segan menggunakan segala cara untuk membubarkannya. “Selama ada Wiji Thukul saya tabrak semua,” kata dia sembari mendorongkan telunjuk ke jidat Guntur. “Hafali nama saya," ucapnya sambil memperlihatkan badge nama di seragam Pemuda Pancasila yang dikenakannya.

Setelah berhasil menurunkan seluruh karya dalam pameran itu, massa beringsut keluar dari halaman Pusham UII. Tapi mereka tak segera membubarkan diri dan memilih berkumpul di depan gang menuju Kantor Pusham, Jalan Jeruk Legi, Banguntapan, Bantul.

Lihat: Film Wiji Thukul Tayang, Ini Harapan Ayah Bimo Petrus

Pameran Andreas tentang Wiji Thukul di Yogyakarta merupakan bagian roadshow di beberapa daerah di Indonesia. Pada 3 Mei 2017, Andreas memamerkannya di Kantor Lembaga Bantuan Hukum Semarang hingga 6 Mei 2017.

Semula, pameran itu dijadwalkan digelar di Gedung Sarikat Islam Semarang pada 1 Mei 2017, tapi batal karena tekanan ormas Islam. “Mereka menuduh pameran ini bentuk komunis gaya baru,” kata Andreas.

Beberapa hari sebelum dipamerkan di Semarang, Andreas juga memamerkan karyanya di kendal, Jawa Tengah. Di Yogya, pameran direncanakan berlangsung selama 4 hari, 8-11 Mei 2017. Selain pameran karya seni rupa, panitia menjadwalkan kegiatan lain. Dari diskusi bertema hak asasi manusia, kebebasan berpendapat dan berkekspresi, hingga kebebasan pers di Indonesia.

Simak: Teriakan Fitri Nganthi Wani Soal Tudingan ke Wiji Thukul

Menurut Andreas, karya Wiji Thukul masih relevan menggambarkan kondisi saat ini meski puisi itu ditulis puluhan tahun lalu. Pemerintahan memang berkali-kali ganti sejak reformasi 1998 tapi kondisi ekonomi-politik masih belum banyak berubah. “Di sinilah puisi Wiji Thukul menemukan relevansinya,” katanya.

Guntur mengatakan pameran ini tak ada kaitannya dengan kelompok komunis atau pun ideologi tertentu. Pembubaran paksa itu justru memperlihatkan semakin kuatnya aksi intoleransi. Aksi kelompok intoleran di Yogya bahkan merambah wilayah kampus yang seharusnya menghargai tradisi berpikir kritis dan ilmiah. “Berdebat dalam diskusi (karena berbeda pendapat) silakan, tapi tidak harus seperti ini,” katanya.

Baca juga: Tengah Malam, Fajar Merah Garap Puisi Wiji Thukul

Ia menyesalkan sikap kepolisian yang dinilai abai mencegah aksi intoleran. Beberapa saat sebelum pembubaran, sekitar enam orang personil kepolisian datang menemuinya. Mereka meminta keterangan tentang pameran. Saat itu, sekelompok Pemuda Pancasila sudah bergerombol di depan gang menuju kantor Pusham UII.

Mendadak saja, lanjut dia, personel kepolisian tak berseragam yang menemuinya menghilang sesaat sebelum massa Pemuda Pancasila menggeruduk kantornya. “Kemana mereka,” kata dia, mempertanyakan.

Menurut dia, ada persoalan lain yang semestinya ditakutkan dibanding pameran seni rupa. Yakni maraknya aksi intoleransi. Aksi semacam itu ditakutkan akan mengekang kebebasan berpendapat dan berekspresi.

ANANG ZAKARIA

Berita terkait

Hari Buruh Internasional, Berikut Profil 4 Tokoh Aktivis Buruh Indonesia dari Marsinah hingga Muchtar Pakpahan

1 hari lalu

Hari Buruh Internasional, Berikut Profil 4 Tokoh Aktivis Buruh Indonesia dari Marsinah hingga Muchtar Pakpahan

Berikut profil dari 4 tokoh hari buruh: Marsinah, Muchtar Pakpahan, Widji Thukul, dan Jacob Nuwa Wea

Baca Selengkapnya

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

4 hari lalu

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

Koalisi Pegiat HAM dan Anti Korupsi melaporkan Pj Wali Kota Yogyakarta Singgih Rahardjo ke Gubernur DIY, Mendagri, KPK dan Ombudsman

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

12 hari lalu

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

15 hari lalu

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.

Baca Selengkapnya

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

26 hari lalu

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.

Baca Selengkapnya

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

30 hari lalu

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.

Baca Selengkapnya

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

50 hari lalu

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

56 hari lalu

Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

58 hari lalu

Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.

Baca Selengkapnya

Kisah Raharja Waluya Jati Pernah Surati Jokowi Tuntaskan Kasus Penculikan Aktivis 1998

3 Maret 2024

Kisah Raharja Waluya Jati Pernah Surati Jokowi Tuntaskan Kasus Penculikan Aktivis 1998

Setelah Jokowi menjadi presiden pada 2014, aktivis Raharja Waluya Jati menitipkan pesan kepada Jokowi untuk tuntaskan kasus penculikan aktivis 1998.

Baca Selengkapnya