Pedagang melintas di depan Kraton Kasunanan Surakarta, Jawa Tengah, 3 Maret 2017. Kraton menjadi salah satu tujuan utama mereka menjual dagangan kepada wisatawan lokal usai mengunjungi tempat tersebut. TEMPO/Bram Selo Agung
TEMPO.CO, Solo - Dua kubu yang berkonflik di Keraton Kasunanan Surakarta menggelar pertemuan di Sasana Mulya yang berada di kompleks keraton. Tempat tersebut merupakan kediaman salah satu adik Paku Buwana XIII, KGPH Dipo Kusumo.
Kubu Paku Buwana XIII diwakili KGPHPA Tedjowulan. Sedangkan Dewan Adat diwakili KGPH Puger. Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo juga ikut dalam pertemuan tersebut.
Sayangnya, kedua kubu enggan menjelaskan isi pertemuan tersebut secara gamblang. "Hanya silaturahmi biasa," kata Tedjowulan. Selain itu, dia menyampaikan kepada Puger bahwa adik-adik Paku Buwana XIII yang berada di kubu Dewan Adat bersedia hadir dalam upacara adat Tingalan Jumenengan pada 22 April 2017.
Menurut Tedjowulan, hal itu merupakan perintah Paku Buwana XIII sebagai raja. Sedangkan Puger memilih langsung meninggalkan tempat itu dan tidak berkomentar apa pun.
Wali Kota F.X. Hadi Rudyatmo menyebutkan upacara adat Tingalan Jumenengan bisa menjadi momentum bagi keluarga keraton untuk berdamai. "Kami harap semua ikut menyambut ulang tahun bertakhtanya raja ini," ujarnya.
Apalagi acara tersebut juga akan dihadiri beberapa menteri. Kehadiran pejabat tersebut, menurut dia, menjadi bukti perhatian pemerintah terhadap keberadaan Keraton Kasunanan Surakarta.
Terjadi sejak 2004, Begini Awal Sejarah Konflik Keraton Surakarta
27 Desember 2022
Terjadi sejak 2004, Begini Awal Sejarah Konflik Keraton Surakarta
Sejarah awal konflik internal Keraton Surakarta akibat perebutan tahta raja antara Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hangabehi dan KGPH Tedjowulan sepeninggal Raja Paku Buwono XII pada 12 Juni 2004.