Sejumlah Anggota Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama (Banser NU) berpawai dalam acara peringatan Hari Lahir Nahdatul Ulama, di Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (17/7). Sebanyak 30 ribu Banser Nahdlatul Ulama (NU) dikerahkan untuk mengamankan acara puncak peringatan Hari Kelahiran ke-85 Nahdlatul Ulama (Harlah NU) yang jatuh pada hari ini. TEMPO/Seto Wardhana
TEMPO.CO, Makassar - Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Makassar Komisaris Besar Endi Sutendi mengatakan bentrok antar ormas Islam yakni Hizbut Tahrir dan Banser GP Ansor hanya karena kesalahpahaman saja.
Ia mengatakan pihaknya tak memberikan izin karena menyangkut keamanan. Pemerintah Kota Makassar juga tak memberikan tempat untuk menggelar tablig akbar.
"Mereka (HTI) memaklumi dan kita kawal pulang sambil membubarkan diri," ucap Endi.
Juru bicara Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan, Komisaris Besar Dicky Sondani mengungkapkan negara ini Bhineka Tunggal Ika sehingga NKRI harga mati. "Indonesia itu tak bisa mendirikan negara Islam. Teriakan khilafah..khilafah itu maksdunya apa," ucap Dicky.
Menurut dia, ini bukan negara Islam seperti di Timur Tengah. " Kita enggak ngerti kegiatan apa dilakukan HTI, kenapa teriak khilafah?. Kita bukan di Timur Tengah, negara islam seperti Suriah," tutur dia.
Sebelumnya terjadi bentrok antar HTI dan Banser GP Ansor di Jalan Jenderal Sudirman pada Ahad siang 16 April 2017.