Tim SAR gabungan mencari korban yang tertimbun longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, Jawa Timur, 7 April 2017. Menurut neneknya, Brian terus-terusan menangis saat mengetahui orang tuanya hilang dalam bencana longsor. ANTARA/Zabur Karuru
TEMPO.CO, Ponorogo - Tim tanggap darurat longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur belum dapat membersihkan lokasi bencana dari material tanah yang menimbun. "Menunggu tanahnya keras dulu dan diperkirakan 3 sampai 4 hari lagi," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo Setyo Budiono, Rabu, 12 April 2017.
Apabila penataan dipaksakan, menurut dia, dikhawatirkan menambah daftar panjang korban. Sebab, potensi longsor susulan cukup tinggi karena saluran sungai di bawah sektor D lokasi bencana masih tertimbun material tanah.
"Fokusnya menyudet sungai dulu yang kini belum bisa dilakukan karena bagian bawah (timbunan) masih basah," ujar Budi, sapaan Setyo Budiono.
Sembari menunggu material longsor padat, kata dia, tim tanggap darurat mengebut pembuatan rumah penampungan sementara. Bangunan itu berdiri di dua lokasi, yakni berjarak sekitar 500 meter dan 800 meter dari titik nol tanah longsor yang terjadi pada Sabtu, 1 April 2017.
Pelaksana Tugas Kepala BPBD Ponorogo Sumani menuturkan bahwa pembuatan penampungan sementara yang dilakukan personel TNI Angkatan Darat dan warga telah mencapai 60 persen. “Yang satu (lokasi) di bawah tinggal memplester lantai. Kalau yang di atas baru memasang atap,’’ tuturnya.
Sebelum ditempati, 19 KK yang mengungsi akibat rumahnya hancur diterjang longsor didata. Tim tanggap darurat, pamong dan kepala desa berkoordinasi untuk menentukan ruang bagi masing-masing warga yang mendapat jatah tinggal di rumah penampungan sementara itu.
Bencana tanah longsor di Desa Banaran terjadi pada Sabtu pagi, 1 April 2017. Sebanyak 28 warga yang sedang memanen jahe dan beraktivitas di dalam rumah tertimbun material longsor dengan volume 1 juta meter kubik. Empat jenazah di antaranya berhasil ditemukan. Namun, 24 korban lainnya tetap tertimbun.
Pencarian korban terpaksa dihentikan pada Ahad, 9 April 2017 karena terjadi longsor susulan. Peristiwa itu sebagai dampak dari tingginya debit air yang disemprotkan tim SAR gabungan ke timbunan longsor untuk memudahkan pencarian. Sementara, tanah yang memiliki kontur lembek tak kuat menahan beban air atau telah jenuh.