Puluhan lansia berwisata sejarah dengan mengunjungi Museum Keraton Kasunan Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (30/5). TEMPO/Andry Prasetyo
TEMPO.CO, Surakarta - Konflik yang memanas antara Raja Keraton Kasunanan Surakarta Paku Buwana (PB) XIII dan putri sulungnya, Gusti Kanjeng Ratu Timoer Rumbai Kusuma Dewayani, beberapa hari terakhir berimbas pada layanan publik. Museum keraton terpaksa ditutup sementara untuk wisatawan.
Manajer Museum Keraton Surakarta KRMH Suryo Adimijoyo mengatakan museum libur sejak Selasa kemarin. "Diliburkan hingga batas waktu yang tidak ditentukan," katanya, Rabu, 5 April 2017.
Suryo menjelaskan, bangunan museum sebenarnya memiliki batas dengan keraton. Namun pihaknya tetap khawatir museum terimbas oleh adanya konflik yang terjadi. "Paling tidak kenyamanan pengunjung akan terganggu," ucapnya.
Apalagi polisi melakukan penjagaan cukup ketat di sekitar keraton. "Ada kendaraan semacam panser di depan," ujarnya. Kondisi itu membuat pengelola terpaksa meliburkan layanan untuk sementara.
Menurut Suryo, selama ini, tingkat kunjungan ke museum keraton cukup besar. Pada hari biasa, setidaknya 150 wisatawan berkunjung ke museum. "Pada akhir pekan, kunjungan bisa melonjak hingga 600 pengunjung," tuturnya.
Museum yang berisi benda-benda keraton itu diurusi 50 abdi dalem. "Sebagian dari mereka tetap masuk kerja untuk bersih-bersih," katanya.
Terjadi sejak 2004, Begini Awal Sejarah Konflik Keraton Surakarta
27 Desember 2022
Terjadi sejak 2004, Begini Awal Sejarah Konflik Keraton Surakarta
Sejarah awal konflik internal Keraton Surakarta akibat perebutan tahta raja antara Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hangabehi dan KGPH Tedjowulan sepeninggal Raja Paku Buwono XII pada 12 Juni 2004.