Warga melihat proses pencarian korban hilang tertimbun longsor di Desa Banaran, Ponorogo, Jawa Timur, 2 April 2017. Pencarian dibagi dalam tiga zona. ANTARA/Destyan Sujarwoko
TEMPO.CO, Jakarta - Proses pencarian korban yang tertimbun tanah longsor di Dusun Tangkil, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, terhambat tebalnya timbunan material longsor. Karena itu, dua pompa air digunakan untuk menyemprot timbunan.
“Agar memudahkan teman-teman yang bekerja secara manual menggunakan cangkul dan sekop,” kata Kepala Operasi Basarnas Pos SAR Trenggalek Yoni Fariza, Senin, 3 April 2017.
Penyemprotan air itu berlangsung di sektor A, yakni tepat di bawah bukit yang amblas. Timbunan tanah di titik itu lebih tebal dibanding sektor B dan C, yang lebih jauh dari bukit di lereng Pegunungan Wilis tersebut.
Tanah longsor menutupi lahan warga dengan panjang sekitar 2 kilometer dan lebar 7 meter. Ketebalannya berkisar 4 hingga 20 meter. Sedangkan volumenya diperkirakan mencapai 80 ribu meter kubik. Timbunan tanah itu merusak 28 rumah warga. Selain itu, 28 warga tertimbun di bawahnya.
Hingga Senin tengah malam, tiga korban dievakuasi, sedangkan 25 lainnya masih dalam pencarian. Lebih dari seribu personel gabungan dari Basarnas, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, TNI Angkatan Darat, kepolisian, dan relawan terjun ke lokasi bencana untuk melakukan evakuasi korban.
Adapun kendaraan berat yang diterjunkan delapan unit. Namun, Yoni, yang juga koordinator evakuasi korban di sektor A, menuturkan kondisi tanah yang lengket menghambat beroperasi ekskavator tersebut. “Jadi perlu dilakukan secara manual,” ujarnya.
Deputi II Penanganan Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana Tri Budiarto menjelaskan, pencarian korban juga menggunakan dua ekor anjing pelacak K-9. Menurut dia, hewan itu memiliki daya endus yang bisa diandalkan mencari korban. “(Anjing) merupakan salah satu upaya menemukan korban,” katanya.