Penyidik KPK, Novel Bawesdan dalam sidang lannjutan e-KTP di pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat, 30 Maret 2017. TEMPO/Maria Fransisca
TEMPO.CO, Jakarta - Tim jaksa penuntut umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi memutar rekaman video pemeriksaan anggota Komisi II DPR periode 2009-2014 Miryam S Haryani di KPK dalam sidang korupsi proyek e-KTP di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Kamis, 30 Maret 2017. Pemutaran video ini ditunjukkan agar hakim bisa menilai apakah Miryam berada di bawah tekanan saat menjalani pemeriksaan dengan penyidik KPK.
Video itu menampilkan Miryam dan seorang penyidik berada di dalam ruang pemeriksaan berbentuk persegi. Ada meja persegi panjang yang memisahkan Miryam dengan penyidik KPK.
Pada pemeriksaan yang terekam di video itu, Miryam tampak luwes. Kadang ia duduk bersandar. Kadang tubuhnya dicondongkan ke arah penyidik. Beberapa kali tangannya bergerak-gerak sambil menjelaskan kepada penyidik. Sesekali ia terdengar cekikan.
Sebagian video itu menampilkan Miryam tampak antusias memberikan keterangan soal aliran dana korupsi e-KTP. "Saya terima dua kali, seratus sama dua ratus. Nilai nominalnya dibagi rata seingat saya 15 juta, kedua 30 juta sama 25 juta. Udah itu aja, cuma ngasih maksudnya gitu aja lo, yang lainnya dibagi," kata Miryam sambil tertawa-tawa.
Beberapa menit rekaman yang diputar jaksa menampilkan Miryam berbicara sambil bisik-bisik kepada Irwan. Saat ditanya jaksa apa hal yang dibicarakan Miryam, politikus Hanura itu mengaku lupa.
Sementara Irwan mengatakan bahwa saat itu Miryam bertanya kepadanya apakah keterangannya akan dimasukkan dalam berita acara pemeriksaan atau tidak. "Menurut saya (Miryam) ingin memastikan (keterangannya) masuk (BAP) atau tidak," kata Irwan.
Melihat tingkah Miryam dalam video yang diputar jaksa, kuasa hukum terdakwa korupsi e-KTP Sugiharto sangsi atas keterangan Miryam yang mengaku ditekan penyidik selama pemeriksaan. "Sepertinya suasana itu akrab," kata dia.
Miryam sebelumnya mengatakan bahwa ia stress saat menjalani pemeriksaan dengan penyidik KPK. Ia mengaku diancam dan ditekan selama diperiksa. Politikus Hanura itu mengatakan semua keterangannya adalah tidak benar karena ingin menyenangkan penyidik semata.
